
IHSG Ditutup Menguat 0,68%, Sejengkal Lagi IHSG ke 7.100

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,68% di 7.091,76 pada perdagangan Kamis (27/10/2022). IHSG semakin mendekati level psikologis 7.100.
IHSG konsisten bergerak di zona hijau sejak awal perdagangan. IHSG dibuka di 7.043,98 dan sempat tembus 7.104,85.
Mayoritas saham mengalami kenaikan. Statistik perdagangan mencatat ada 310 saham yang terapresiasi, 222 saham melemah dan 173 saham stagnan.
IHSG justru menguat ketika indeks saham Asia variatif dan Wall Street semalam mengalami koreksi akibat kinerja keuangan emiten yang tidak sesuai ekspektasi.
Indeks Nasdaq merosot hingga 2% ke 10.970,99 dan S&P 500 minus 0,7% ke 3.830,6. Sementara indeks Dow Jones masih mendatar.
Saham perusahaan induk Google, Alphabet, merosot hingga 9,1% setelah melaporkan kinerja keuangan di bawah ekspektasi, baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Pertumbuhan pendapatan Alphabet melambat menjadi hanya 6%, jauh dari capaian 41% pada periode yang sama tahun lalu, menyusul persaingan ketat pada perolehan iklan daring. Tanpa memperhitungkan satu periode perlambatan serupa di awal pandemi, pertumbuhan pendapatan kali ini tercatat terlemah sejak 2013.
Alphabet juga melaporkan penurunan pendapatan iklan YouTube turun 2% menjadi US$7,07 miliar, berbanding terbalik dari harapan pasar yang naik 3%.
Kinerja Alphabet menambah daftar kinerja mengecewakan sejumlah perusahaan besar teknologi di Amerika Serikat yang menyasar iklan digital pada kuartal III ini.
Microsoft juga melaporkan kinerja keuangan setelah perdagangan Selasa kemarin berakhir. Hasilnya sama, di bawah ekspektasi pasar, sahamnya pun merosot 7,7%.
Selain isu kinerja keuangan emiten saham AS, pasar juga menanti rilis data pertumbuhan Amerika Serikat malam ini. Berdasarkan hasilpolling Reuters, PDB AS diprediksi akan tumbuh 2% di kuartal III-2022. Artinya, Amerika Serikat akan lepas dari resesi.
PDB Amerika Serikat sebelumnya mengalami kontraksi dua kuartal beruntun, sehingga secara teknis disebut mengalami resesi.
Pertumbuhan yang terjadi di kuartal III-2022 tidak serta merta akan disambut baik oleh pelaku pasar. Apalagi jika pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari ekspektasi. Sebab, bank sentral AS (The Fed) akan terus agresif menaikkan suku bunga.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 50% suku bunga The Fed berada di level 4,75% - 5% pada Februari 2023.
Namun ada secercah harapan The Fed bakal mengurangi agresivitasnya. Bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) kemarin kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 3,75% tetapi lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 75 basis poin.
BoC menjadi bank sentral yang juga agresif dalam menaikkan suku bunga. Hingga saat ini, tercatat sudah ada 6 kali kenaikan, bahkan pada Juli lalu sebesar 100 basis poin dan September 75 basis poin.
Sore nanti ada bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang akan mengumumkan suku bunga. Pasar juga melihat ECB akan menaikkan suku bunga 75 basis poin, tetapi jika di bawah ekspektasi maka harapan The Fed akan mengendur akan semakin kuat.
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?