Siapa Star Energy yang Diminta Erick Thohir Gabung ke BUMN?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Kamis, 27/10/2022 10:25 WIB
Foto: PLTP (Official Website Star Energy)

Jakarta, CNBC Indonesia - Star Energy belakangan menjadi perbincangan hangat. Situasi ini turut memanaskan pergerakan saham induknya, PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Kembali mencuatnya nama Star Energy selepas gagasan Menteri BUMN Erick Thohir yang menggagas untuk menggabungkan sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang geothermal untuk mengembangkan energi panas bumi. Gagasan ini berangkat dari melimpahnya sumber energi tersebut di Indonesia.

Ia melihat, harta karun yang terpendam di perut bumi pertiwi ini mencapai 24 GW. Namun, yang dikembangkan baru sekitar 2,1 GW.


"Kalau tidak salah kita punya tiga perusahaan yakni Pertamina, PLN, dan Star Energy. Di bawah Kementerian Keuangan saya ingin memergerkan ini sebagai satu kesatuan. Untuk apa pemerintah punya perusahaan beda-beda," jelasnya dalam acara Webinar Special Event Road to G20.

Dia berharap perusahaan geothermal ini nantinya bisa seperti Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang akan segera memiliki akses pendanaan dari publik lewat aksi korporasinya menjadi perusahaan terbuka (go public).

Erick mengemukakan, PGE duluan yang akan masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) karena cenderung memiliki keuangan yang lebih sehat, sementara PLN akan menyusul sembari memperbaiki kinerja keuangannya.

"Step awal sudah kita lakukan dengan PGE, supaya kita bisa kembali mendapat akses dana untuk berkembang, salah satu pilihannya adalah Go Public, agar tidak membebani keuangan negara terus menerus," tegasnya.


Siapa Star Energy?

Star Energy adalah perusahaan milik pengusaha Nasional Prajogo Pangsetu. Perusahaan ini berdiri pada 2003 dan bergerak di industri geothermal atau panas bumi.

Saat ini, Star Energy mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia dan lapangan uap dengan kapasitas bruto sebesar 875 MW. Pada 2028, Star Energy menargetkan bisa memiliki portofolio 1.200 MW.

Pada Maret 2022, konglomerat Prajogo Pangestu mengumumkan kembali melakukan pembelian sisa saham atau 33,33% saham Star Energy Goup Holding Pte Ltd senilai US$440 juta atau Rp6,29 triliun dari BCPG Thailand melalui perusahaan yang dikendalikannya, Green Era Pte Ltd.

Mengutip keterangan resmi di situs Grup Barito, Pada 2009, Prajogo menguasai 51% saham Star Energy senilai Rp5,1 triliun atau US$555 juta.

Langkah tersebut dimulai dengan menguasai 40 persen saham Star Energy setelah membeli dari pendiri Star Energy lainnya, yaitu Supramu Santoso. Sedangkan, sisanya dimiliki Nusantara Capital sebesar 30% dan perusahaan keuangan asal London sebesar 30 persen.

Kemudian, pada 2018, Barito Grup merampungkan rights issue untuk membeli saham di Star Energy Group Holdings Pte Ltd. dengan perolehan dana senilai US$8,9 triliun. Agus Salim Pangestu, Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), mengatakan berhasil melakukan akuisisi 66,67% saham Star Energy pada 29 Juni 2018.

Pada rights issue tersebut, Prajogo menjadi pendukung terkuat dengan menyetor sebesar Rp 7,4 triliun dan melakukan tambahan pemesanan sebesar Rp 1,4 triliun.


(RCI/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: CDIA ARA, Prajogo Pangestu Kembali Jadi Orang Terkaya di RI