Dolar AS Babak Belur, Waktunya Rupiah Melesat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses membukukan penguatan 0,33% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.569/US$. Penguatan berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Kamis (27/10/2022) melihat indeks dolar AS yang sedang babak belur.
Harapan bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya membuat dolar AS jeblok. Sebelumnya pada Jumat lalu Wall Street Journal (WSJ) melaporkan beberapa pejabat The Fed mulai mengisyaratkan keinginan mereka untuk memperlambat laju kenaikan segera.
"Artikel Wall Street Journal yang menyebutkan laju kenaikan suku bunga sedang dipertimbangkan oleh para pelaku pasar," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters Jumat lalu.
Presiden The Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan bahwa The Fed harus menghindari menempatkan ekonomi AS ke dalam "penurunan paksa" dengan pengetatan yang berlebihan. Ia menambahkan bahwa The Fed mendekati titik di mana laju kenaikan suku bunga harus diperlambat.
Sejak saat itu, indeks dolar AS sudah merosot 2,75%.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.
Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%. Level tersebut bisa menjadi 'gerbang keterpurukan' bagi rupiah, selama tertahan di atasnya. Terbukti, rupiah terus tertekan setelah menembus level tersebut.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.
Untuk hari ini, jika kembali menembus level Rp 15.600/US$ ada risiko rupiah melemah Rp 15.630/US$ hingga Rp 15.650/US$.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di Rp 15.550/US$ jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.500/US$. Support kuat selanjutnya berada di Rp Rp 15.450/US$.
(pap/pap)