RI Beberkan Skenario Mitigasi Risiko Hadapi Tantangan Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah menyiapkan strategi dalam menghadapi tantangan perekonomian global. Tantangan kondisi perekonomian terbesar datang dari eksternal, terutama inflasi yang direspons oleh berbagai bank sentral dengan cara meningkatkan suku bunga. Ketidakpastian juga datang dari konflik Ukraina dan Rusia yang memicu dan mengakibatkan adanya krisis pangan dan energi.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, pihaknya telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang menjadi dasar antisipasi atau mitigasi risiko.
Kondisi pertama adalah ekonomi pulih, inflasi naik, dan kualitas kredit memburuk. Pada kondisi ini mitigasi yang dilakukan BRI yakni mempercepat proses write-offs agar recovery rate yang lebih tinggi, serta mempertahankan coverage ratio yang besar.
"Oleh karenanya BRI menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266%. Angka tersebut lebih dari cukup. Maka jika terjadi perburukan situasi, BRI aman dan nasabah juga aman. Kemudian tumbuh secara selektif, dengan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif," katanya dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (26/10/2022).
Kedua, kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali dibarengi kualitas kredit membaik. Maka, lanjut Sunarso, langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-offs supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi.
"Namun menurunkan coverage ratio, mengurangi bantalan untuk tumbuh. Kemudian melakukan enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk dan kemudian Loan Portofolio Guideline (LPG) yang dikendorkan sehingga kredit dapat dipacu untuk lebih cepat tumbuh," ungkap Sunarso.
Ketiga adalah kondisi ekonomi tetap stagnan namun inflasi tetap terkendali dengan kualitas kredit membaik. Strategi yang diambil untuk kondisi ini tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit Loan Portofolio Guideline (LPG) menjadi moderat. Sunarso menilai hal ini mempertahankan coverage ratio yang tinggi untuk bantalan dan melakukan simulasi stress-test untuk memastikan bisnis BRI aman.
"Keempat, apabila yang paling buruk adalah ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk, maka strategi kami tumbuh secara terbatas, pengaturan Loan Portofolio Guideline yang lebih ketat, mempertahankan coverage ratio yang tinggi. Itulah kira-kira 4 matriks kemungkinan kondisi ekonomi yang mungkin terjadi ke depan," jelasnya.
Sunarso melanjutkan, di tengah tantangan ekonomi global saat ini BRI optimistis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan fokus kepada UMKM yang sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja. Seperti diketahui, kondisi perekonomian global dan nasional masih dibayangi tantangan, bahkan dihadapkan dengan ancaman resesi.
"Oleh karenanya, BRI terus berperan aktif menciptakan kinerja positif melalui tiga strategi yang menjadi syarat utama pertumbuhan. Maka, untuk tumbuh syaratnya ada tiga. Pertama, sumber pertumbuhannya jelas dan dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang," ujar Sunarso.
Sebagai sumber pertumbuhan baru, kata dia, BRI sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro yang resmi terbentuk sejak September 2021 bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) atas inisiasi Kementerian BUMN.
Kedua, adanya kecukupan modal. Sunarso menyebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dimiliki BRI mencapai 25%.
"Cukup untuk tumbuh selama 4 tahun ke depan, maka labanya berapapun, tidak ada alasan untuk menahan laba menjadi modal. Jadi layak dibagikan, karena itu cukup," tegas Sunarso.
"Ketiga, likuiditas yang melimpah. Di mana saat ini rasio LDR nasional masih berada di level 82%", jelasnya.
(rah/rah)