
Sempat Sentuh Zona 7.100, IHSG Sesi I Ditarik Ke Zona Merah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (25/10/2022), setelah sempat mencatatkan penguatan 6 hari beruntun. Sentimen masih terkait ekonomi global yang saat ini tengah dicermati pelaku pasar.
Indeks acuan Tanah Air dibuka menguat 0,3% di posisi 7.074,18 dan ditutup melemah dengan koreksi 0,1% atau 7,15 poin, ke 7.045,89 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,94 triliun dengan melibatkan lebih dari 15 miliar saham yang berpindah tangan 827 kali.
Sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau. Selang 5 menit kemudian indeks terpantau melanjutkan penguatan 0,53% ke 7.090,54. Pukul 09:41 WIB IHSG terpantau berbalik arah melemah 0,02% ke 7.051,37. Sejak itu indeks terpantau sempat galau menentukan arah geraknya sebelum akhirnya ditarik ke zona merah.
Level tertinggi berada di 7.108,82 sekitar pukul 09:05 WIB, sementara level terendah berada di 7.032,54 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini terpantau mengalami penurunan.
Statistik perdagangan mencatat ada 284 saham yang melemah dan 225 saham yang mengalami kenaikan, serta sisanya sebanyak 175 saham stagnan.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 577,9 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 540,6 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 389,4 miliar.
Pergerakan IHSG hari ini sepertinya enggan mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS) yang kembali menghijau pada perdagangan awal pekan waktu New York. Kiblat bursa saham dunia ini sedang dalam tren positif, para investor menanti rilis kinerja keuangan emiten-emiten papan atas. Ada ekspektasi laba yang dicetak masih apik.
Indeks Dow Jones memimpin penguatan sebesar 1,3% ke 31.499,62, disusul S&P 500 sebesar 1,2% ke 3.797,34 dan Nasdaq 0,9% ke 10.952,61.
Sepanjang pekan lalu Nasdaq memimpin penguatan sebesar 5,2%. Sementara Dow Jones dan S&P 500 tercatat menguat 4,9% dan Dow Jones 4,7%.
Kendati demikian, inflasi dan suku bunga masih tetap mempengaruhi sentimen pasar, tetapi investor saat ini menyambut rilis kinerja keuangan musim ini dan panduan ke depannya.
Untuk suku bunga, seperti diungkapkan pada halaman sebelumnya, pasar melihat ada ruang The Fed mengendurkan laju kenaikan suku bunga.
Jika benar terjadi, maka tentunya akan menjadi kabar baik. Resesi memang hampir pasti terjadi, tetapi kemungkinan tidak akan dalam. Tinggal melihat apakah inflasi akan mulai menurun. Masalahnya jika inflasi masih tetap tinggi, maka The Fed bisa jadi akan terus agresif.
Sementara itu IHSG sedang dalam tren positif, menguat 6 hari beruntun dengan total 3,5%, dan tidak menutup kemungkinan berlanjut lagi hari ini.
Sektor keuangan masih berpeluang menopang kenaikan IHSG. Optimisme akan apiknya kinerja keuangan bank besar membuat sektor ini mencatat kinerja impresif.
Seperti diketahui PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sudah melaporkan kinerja keuangannya.
BCA mencapai Rp 29 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2022, atau naik 24,8%. Sementara itu BNI membukukan kenaikan laba bersih 76,8% secara tahunan (yoy) hingga kuartal III senilai Rp 13,7 triliun.
Selain itu, di tengah ancaman resesi dunia, daya tarik investasi di Indonesia terbukti masih sangat tinggi. Ini memberikan optimisme perekonomian ke depannya masih akan kuat, investor asing memandang Indonesia sebagai "surga" investasi.
Besarnya investasi yang masuk ke dalam negeri hingga mencatat rekor kenaikan tertinggi. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kemarin mencatat realisasi investasi sepanjang kuartal III-2022 mencapai Rp 307,8 triliun, tumbuh 42,1%year on year(yoy). Dengan investasi tersebut, tenaga kerja yang terserap sebanyak 325.575 orang.
Merinci lebih jauh dari angka tersebut berdasarkan data BKPM, realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 169 triliun, atau melesat 63,6% (yoy).
Realisasi investasi tersebut menunjukkan daya tarik Indonesia masih bagus, hal tersebut juga diungkapkan oleh Dana Moneter International (IMF) sebagaimana dinyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dengan demikian, menjadi sinyal positif bahwa proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun ini sebesar 5% akan menjadi kenyataan dan Indonesia punya harapan bangkit di tengah gelapnya ekonomi global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum) Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
