Jeblok 1,58%, Saham GOTO Bakal Rebound? Ini 2 Tandanya

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
25 October 2022 12:40
Sejumlah pengemudi Gojek bersiap untuk mengendarai motor listrik usai peresmian shelter motor listrik G20 di kawasan pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, Rabu (19/10/2022). Sebanyak 50 motor listrik dengan merek Gesits dan Gogoro disediakan Electrum untuk armada ojek online (ojol) Gojek dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022 mendatang di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Sejumlah pengemudi Gojek bersiap untuk mengendarai motor listrik usai peresmian shelter motor listrik G20 di kawasan pariwisata ITDC Nusa Dua, Bali, Rabu (19/10/2022). Sebanyak 50 motor listrik dengan merek Gesits dan Gogoro disediakan Electrum untuk armada ojek online (ojol) Gojek dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia, yang akan berlangsung pada 15-16 November 2022 mendatang di Nusa Dua, Bali. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masih terjebak di zona merah setelah pada perdagangan kemarin anjlok sebesar 5%. Pada perdagangan tengah hari ini saham GOTO masih melemah ke level Rp 187 per saham atau turun 1,58%.

Perdagangan saham GOTO dibuka di level Rp 190 per saham. Pasa sesi I pagi ini, saham GOTO sempat menguat hingga ke level tertingginya Rp 196 per per saham dan level terendah di Rp 186 per saham.

Pernyataan GOTO terkait rencana penjajakan untuk melakukan penawaran sekunder (secondary offering) terkoordinasi, atas saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham sebelum pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) alias pra-IPO hanya memberi angin segar pada saat awal perdagangan saja.

Dalam pernyataan resminya di keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Sekretaris Perusahaan GoTo RA Kusumohadiani menegaskan perseroan dan para pemegang saham pra-IPO memang tengah menjajaki kemungkinan melakukan penawaran sekunder terkoordinasi atas saham GOTO milik investor pra-IPO.

Potensi penawaran sekunder ini akan dilaksanakan setelah berakhirnya periode lock up atau penguncian saham GOTO yang akan dibuka pada 30 November mendatang, guna memfasilitasi penjualan yang terstruktur.

Namun Kusumohadiani menegaskan perseroan tidak akan menerbitkan saham baru dan/atau melakukan penjualan saham di dalam proses ini, sehingga tidak akan terjadi dilusi atas saham perseroan.

Dia menambahkan, perseroan juga tidak akan mendapatkan penerimaan dana dari hasil penjualan saham tersebut jika rencana penawaran sekunder terlaksana.

"Setiap transaksi akan bergantung pada kondisi pasar dan makro ekonomi, maupun faktor-faktor lainnya, dan tidak ada jaminan yang diberikan bahwa transaksi tersebut akan dapat terlaksana," kata Kusumohadiani dalam keterbukaan informasi di BEI, Senin (24/10/2022).

Sebelumnya riset Deutsche Bank mengungkapkan rekomendasi terbaru saham GOTO yakni beli dengan target harga Rp 250/saham.

Beberapa faktor yang disoroti Deutsche Bank yakni terkait dengan bisnis dan kinerja keuangan GOTO. Pertama, penurunan harga saham GOTO disebabkan oleh kekhawatiran bahwa tentang kebutuhan pendanaan GOTO yang berlebihan mengingat kenaikan suku bunga yang terjadi baru-baru ini.

Deutsche Bank memperkirakan bahwa kebutuhan pendanaan GOTO dari ekstenal pada 2024-2025 dengan kebutuhan maksimal diperkirakan kurang dari US$ 500 juta.

Kedua, Deutsche Bank juga menyoroti perbaikan kinerja dari segmen e-commerce GOTO yakni Tokopedia. Bank investasi tersebut melihat kenaikan take rates (tingkat komisi) sebesar 110 basis poin (bps) sepanjang semester I-2022 dapat berlanjut. Dalam 2-3 tahun ke depan, Deutsche Bank memperkirakan take rates dari segmen e-commerce dapat tumbuh 150 bps.

Menurut Deutsche Bank, GOTO menawarkan bisnis yang kuat (e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan) sebagian besar dalam satu ekosistem terintegrasi, dan mendominasi di Indonesia. GTV diperkirakan akan membukukan pertumbuhan compounding (CAGR) 27% selama 2022-2025E dan pendapatan bersih akan lebih tinggi dengan pertumbuhan compounding 64%.

Sementara, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, terdapat beberapa sentimen yang membuat saham GOTO tertekan.

Ia memaparkan, sejauh ini jika diperhatikan, sentimen "lock up" memberikan tekanan tambahan terhadap harga saham GOTO, selain memang kenaikkan tingkat suku bunga yang ikut memberikan tekanan terlebih dahulu kepada GOTO.

"Namun kalau kita perhatikan, tentu kita juga harus melihat dalam kacamata yang berbeda menyikapi lock up tersebut," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/10/2022).


Ia mengaku, memang benar, dengan adanya lock up tersebut, jumlah saham free float GOTO akan bertambah menjadi 62,96%. Apabila ditambah dengan saat ini yang beredar sebanyak 3,43%, maka totalnya adalah 66,39%.

"Tentu tidak semua juga akan diperdagangan, karena semua akan kembali kepada durasi investasi dari masing masing investor," ucapnya.

Meskipun demikian, lanjutnya, dengan ekosistem yang dimiliki oleh GOTO, tentu GOTO memiliki daya tarik tersendiri sebagai pemilik ekosistem terbesar. "Apalagi Tokopedia dan GOTO juga sudah memiliki ARTO dalam ekosistem mereka, hal ini yang kami lihat bahwa sekalipun periode lock up berakhir, namun belum tentu harganya akan mengalami penurunan," ungkapnya.

Kalau bicara sentimen positif, kata Nico, tentu sangat banyak, karena meski bagaimanapun GOTO merupakan ekosistem terbesar saat ini. Menjadi ekosistem yang besar, dimulai sejak Gojek bersama Tokopedia memutuskan untuk bekerja sama, hal ini lah yang membuat ekosistem GOTO menjadi lebih besar dan kuat dari sebelumnya.

"Apalagi kalau kita bicara flow bisnis, ketika user melakukan pembelanjaan di Tokopedia, maka pengiriman dapat menggunakan Gojek. Dan sekarang ekosistem tersebut semakin lengkap dengan kehadiran ARTO, sebagai bank pembayar," sebutnya.

Meskipun secara integrasi terlihat sulit, namun pihaknya optimis apabila ARTO sudah diimplementasikan secara penuh, maka ekosistem akan jauh lebih besar dan lebih kuat. "ARTO merupakan bank digital, dan ketika kita berbicara industry perbankan, ini bukan lagi tentang funding tapi juga tentang lending," kata dia.

Dengan demikian, kehadiran user dari GOTO akan menjadi pendorong kinerja keuangan dari ARTO, sehingga semua akan semakin menguntungkan. "Apakah itu cukup bagi GOTO? Tidak, karena ekosistem yang sudah besar tersebut akan jauh lebih besar lagi, dengan kehadiran electrum di dalamnya," tuturnya.

Ia menambahkan, dengan perkembangan dan prospek sepeda motor listrik, tentu hal ini menjadi salah satu peluang bagi GOTO untuk dapat mengintegrasikan electrum ke dalam ekosistem mereka. Apalagi seperti seperti diketahui, 2030 akan menjadi salah satu rencana besar Indonesia dimana menjadi target untuk mendorong kendaraan listriknya hingga mencapai 80% dari kendaraan listrik pada tahun 2030 nanti.

"Dan tidak hanya itu saja, transisi bisnis dari konvensional menjadi digital akan menjadi tolok ukur bagi perkembangan bisnis di sektor teknologi, dan kedepannya GOTO akan menjadi salah satu leading dari Perusahaan teknologi di Indonesia," pungkasnya.


(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seberapa Menarik, Prospek Bisnis GOTO?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular