
Tepis Rumor, GoTo Jelaskan Tidak Terbitkan Saham Baru

Jakarta, CNBC Indonesia - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menyampaikan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai rencana penjajakan untuk melakukan penawaran sekunder (secondary offering) terkoordinasi, atas saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham sebelum pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) alias pra-IPO.
Dalam pernyataan resminya, Sekretaris Perusahaan GoTo RA Koesoemohadiani menegaskan perseroan dan para pemegang saham pra-IPO memang tengah menjajaki kemungkinan melakukan penawaran sekunder terkoordinasi atas saham GOTO milik investor pra-IPO.
Potensi penawaran sekunder ini akan dilaksanakan setelah berakhirnya periode lock up atau penguncian saham GOTO yang akan dibuka pada 30 November mendatang, guna memfasilitasi penjualan yang terstruktur.
Namun Koesoemohadiani menegaskan perseroan tidak akan menerbitkan saham baru dan/atau melakukan penjualan saham di dalam proses ini, sehingga tidak akan terjadi dilusi atas saham perseroan.
Dia menambahkan, perseroan juga tidak akan mendapatkan penerimaan dana dari hasil penjualan saham tersebut jika rencana penawaran sekunder terlaksana. "Setiap transaksi akan bergantung pada kondisi pasar dan makro ekonomi, maupun faktor-faktor lainnya, dan tidak ada jaminan yang diberikan bahwa transaksi tersebut akan dapat terlaksana," kata Koesoemohadiani dalam keterbukaan informasi di BEI, Senin (24/10/2022).
Pada perdagangan sesi I, Senin ini (24/10), saham GOTO turun 3% di Rp 194/saham dengan nilai transaksi Rp 136 miliar, mengacu data BEI. Sepekan lalu, saham GOTO masuk tiga besar saham yang paling sering ditransaksikan yakni sebanyak 98.659 kali, dengan nilai transaksi Rp 923,42 miliar dan volume perdagangan 4,44 miliar saham. Investor asing juga masuk sebesar Rp115,12 miliar dalam sepekan, naik 77,30% dari periode pekan sebelumnya Rp64,93 miliar.
Koesoemohadiani mengatakan bahwa informasi potensi penawaran sekunder tersebut bukan merupakan suatu penawaran untuk menjual atau ajakan penawaran untuk membeli efek apapun yang dijelaskan pada informasi tersebut.
"Efek yang dijelaskan pada informasi ini belum terdaftar berdasarkan Securities Act of 1933, sebagaimana telah diubah, dan tidak dapat ditawarkan atau dijual di Amerika Serikat tanpa pendaftaran atau pengecualian yang berlaku dari persyaratan pendaftaran," jelasnya.
Sebelumnya riset Deutsche Bank mengungkapkan rekomendasi terbaru saham GOTO yakni beli dengan target harga Rp 250/saham.
Beberapa faktor yang disoroti Deutsche Bank yakni terkait dengan bisnis dan kinerja keuangan GOTO. Pertama, penurunan harga saham GOTO disebabkan oleh kekhawatiran bahwa tentang kebutuhan pendanaan GOTO yang berlebihan mengingat kenaikan suku bunga yang terjadi baru-baru ini.
Deutsche Bank memperkirakan bahwa kebutuhan pendanaan GOTO dari ekstenal pada 2024-2025 dengan kebutuhan maksimal diperkirakan kurang dari US$ 500 juta.
Kedua, Deutsche Bank juga menyoroti perbaikan kinerja dari segmen e-commerce GOTO yakni Tokopedia. Bank investasi tersebut melihat kenaikan take rates (tingkat komisi) sebesar 110 basis poin (bps) sepanjang semester I-2022 dapat berlanjut. Dalam 2-3 tahun ke depan, Deutsche Bank memperkirakan take rates dari segmen e-commerce dapat tumbuh 150 bps.
Menurut Deutsche Bank, GOTO menawarkan bisnis yang kuat (e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan) sebagian besar dalam satu ekosistem terintegrasi, dan mendominasi di Indonesia. GTV diperkirakan akan membukukan pertumbuhan compounding (CAGR) 27% selama 2022-2025E dan pendapatan bersih akan lebih tinggi dengan pertumbuhan compounding 64%.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lock-Up Berakhir, Saatnya Investor Ritel Lirik Saham GOTO?