Pasar Cenderung Optimis, Bursa Asia Dibuka Menghijau Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 25/10/2022 08:51 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Selasa (25/10/2022), menyusul kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) yang menguat selama dua hari beruntun.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka menguat 0,44%, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,2%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,49%, dan ASX 200 Australia melaju 0,5%.

Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China dibuka melemah 0,28% dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,09%.


Pada Senin kemarin, China akhirnya mengumumkan data pertumbuhan ekonomi setelah ditunda sejak 18 Oktober lalu.

Biro Statistik China (NBS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III-2022 tumbuh 3,9% (year-on-year/yoy). Rilis tersebut lebih tinggi dari hasil survei Reuters terhadap para analis yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,4%.

Rilis data pertumbuhan ekonomi China yang lebih bagus tersebut juga menjadi sentimen positif. Setidaknya, kemerosotan ekonomi yang bisa terjadi tidak seburuk perkiraan.

Sementara itu pada hari ini, data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Singapura pada periode September akan dirilis pada hari ini pukul 12:00 WIB. Konsensus analis di Trading Economics memperkirakan CPI Negeri Singa kembali naik menjadi 7,7% (yoy).

Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas menguat terjadi di tengah menghijaunya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Senin kemarin, di mana Wall Street sudah menghijau sejak Jumat pekan lalu.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,34% ke posisi 31.499,62, S&P 500 melesat 1,19% ke 3.797,34 dan Nasdaq Composite menguat 0,86% menjadi 10.952,61.

Investor masih memantau musim rilis pendapatan emiten di AS pada kuartal III-2022, di mana mereka masih menanti rilis kinerja keuangan emiten-emiten papan atas.

Rilis kinerja keuangan raksasa teknologi menjadi perhatian utama minggu ini. Alphabet dan Microsoft dijadwalkan merilisnya pada Selasa, kemudian Apple dan Amazon pada Kamis.

"Ini semua tentang laporan kinerja keuangan, dalam pandangan kami, sejujurnya itu akan sama atau di bawah ekspektasi," kata Terry Sandven, kepala strategi ekuitas divisi wealth management U.S Bank, sebagaimana dilansir CNBC International.

Ia mengatakan data inflasi dan tingkat suku bunga masih tetap mempengaruhi sentimen pasar, tetapi investor saat ini menyambut rilis kinerja keuangan musim ini dan panduan ke depannya.

Untuk suku bunga, pasar melihat ada ruang bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengendurkan laju kenaikan suku bunga.

Jika benar terjadi, maka tentunya akan menjadi kabar baik. Resesi memang hampir pasti terjadi, tetapi kemungkinan tidak akan dalam. Tinggal melihat apakah inflasi akan mulai menurun. Masalahnya jika inflasi masih tetap tinggi, maka The Fed bisa jadi akan terus agresif.

Selain harapan akan The Fed mengurangi agresivitasnya masih berdampak positif ke pasar finansial, ada kabar baik lagi. Sebelumnya dua pekan lalu, analis dari Moody's Analytics yang melihat dalam 6 bulan ke depan tekanan inflasi di AS akan mereda.

"Inflasi berdasarkan indeks harga konsumen (IHK), akan turun dari level saat ini sekitar 8% menjadi 4%," kata Mark Zandi, kepala ekonom Moody's Analytics dalam acara "Fast Money" CNBC International, Rabu (12/10/2022) lalu.

Selain itu, Zandi percaya kebijakan yang dilakukan The Fed kali ini membawa perekonomian ke jalur yang tepat. Penurunan inflasi nantinya diperkirakan bisa mencegah terjadinya resesi.

Ia juga memprediksi suku bunga The Fed akan mencapai 4,5% - 4,75% di akhir tahun nanti, dan menahannya di level tersebut.

"Mereka akan mempertahankan suku bunga di level tersebut hingga 2024. Tetapi jika saya salah... dan inflasi masih tetap tinggi, mereka akan kembali menaikkan suku bunga dan kita akan masuk ke resesi," ujar Zandi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel