
Makin Gencar, Ini Upaya BRI Terapkan ESG di Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menegaskan komitennya dalam menerapkan keuangan berkelanjutan yang berasaskan pada aspek berkelanjutan Environmental, Social, and Governance (ESG).
Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan komitmen ini tercermin BRI yang telah menerbitkan Green Bond sejak 2015 yang lalu sekaligus menjadi first mover untuk sustainable banking di Indonesia. Sunarso menambahkan saat ini BRI sedang mencari pendanaan Rp 15 triliun dengan Rp 5 triliun telah didapatkan pada tahap satu dari total tiga tahap.
"Secara bertahap ini 3 tahun melalui obligasi berwawasan lingkungan berkelanjutan, jadi kita ada tahap 1, 2 dan 3, nanti Rp 5 triliun di masing-masing tahap. Dan sekarang tahap 1 kita dapat yang Rp 5 triliun, dan ini akan kami salurkan dalam bentuk pembiayaan kepada usaha usaha yang berwawasan lingkungan," jelas dalam G20 Financial Inclusion Talks, Senin (24/10/2022).
Selain itu, BRI juga sudah membentuk divisi khusus ESG untuk menyusun perencanaan strategis tentang ESG serta menyusun perencanaan operasional untuk ESG.
"Dan jangan lupa karena ini heavy di reporting dan lain-lain maka kita juga harus menyusun prosedur monitoring pengukuran dan reporting implementasi ESG," ujarnya.
Divisi tersebut telah mengimplementasikan ESG lewat pembiayaan kredit yang disalurkan ke green economy yang mencapai 65,5% kredit hingga Juni 2022 lalu, dengan portofolio mencapai Rp 74,6 Triliun.
Kemudian, divisi tersebut juga berhasil menerbitkan sustainability bond pada 2019. Dengan divisi itu pula, BRI kini memiliki kemampuan untuk menghitung emisi gas rumah kaca di dalam operasional perusahaan lewat program BRI menanam.
BRI menanam menjadi proyek yang ambisius karena setiap nasabah yang akad kredit KUR, selain dia berjanji melunasi kredit, juga berjanji merawat pohon karena BRI akan memberi satu tanaman satu pokoknya dan bibit secara gratis.
Bagi mereka yang tidak memiliki tanah, akan dikoordinasikan dengan desa menggunakan tanah fasilitas umum. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan, mereka bisa menanam dengan cara urban farming, dimana bibit-bibit hortikultura yang diberi BRI bisa ditanam di polybag, di pot,hingga menggunakan hidroponik.
Menurutnya, hal ini menjadi sangat penting bagi perusahaan untuk bisa menghitung berapa emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas perusahaan. Karena untuk mencapai Net Zero Emission atau nol emisi karbon, lanjutnya, maka sebuah perusahaan harus mengetahui berapa emisi yang dihasilkan dan berapa emisi yang dapat dihemat.
"Sampai hari ini di dunia ini tidak ada mesin penyerap karbon kecuali tanaman maka kita harus menanam dan kemudian itu mengabsorpsi karbon yang sudah di emisi," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Adjunct Lecturer in Public Policy Harvard Kennedy School, Jay K.Rosengard mengungkapkan program BRI menanam ini memiliki keuntungan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Jay menuturkan, jika seseorang menanam pohon buah, maka orang berpenghasilan rendah akan mendapatkan aset, dan menjadi 'harta' berharga mereka selama mereka tetap menanamnya karena mereka akan memiliki pendapatan dari hasil buahnya, serta pada saat yang sama juga berkontribusi pada dekarbonisasi.
"Jadi sekali lagi, anda tidak akan mengubah perilaku seseorang, orang-orang menyukai pohon, mereka akan merawatnya. Jadi, anda membangun perilaku tradisional dan hanya memberikan sedikit dorongan," imbuhnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Profesor Harvard Apresiasi Peran BRI Dalam Inklusi Keuangan