Review Sepekan

Pekan yang Manis Buat IHSG, Melesat dan Balik ke 7.000

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 October 2022 12:30
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini terbilang cukup manis, di mana IHSG sepanjang pekan ini terpantau melesat nyaris 3%.

Sepanjang pekan ini, Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut melonjak 2,98% secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Jumat (21/10/2022) kemarin, IHSG ditutup menguat 0,53% ke posisi 7.017,77. IHSG pun kembali menembus level psikologisnya di 7.000.

Dalam harian sepanjang pekan ini, IHSG konsisten menguat, di mana pada perdagangan Kamis lalu, IHSG sempat melesat hingga 1,75%.

Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 55,1 triliun. Sayangnya, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 603,42 miliar di pasar reguler pada pekan ini.

Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing malah memborong saham RI sebesar Rp 3,23 triliun sepanjang pekan ini

Pada awal perdagangan pekan ini, IHSG terdorong oleh sentimen cerahnya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, di mana pasar saham AS terpantau cerah selama dua hari yakni pada Senin dan Selasa.

Namun pada Rabu dan Kamis, bursa Wall Street kembali terkoreksi karena kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) hingga ke atas 4%.

Selain Wall Street dan pasar saham global, ada sumber tenaga IHSG pada pekan ini, yakni kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI).

Pada Kamis lalu, BI kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp) pada Oktober, sehingga suku bunga terkini menjadi 4,75%.

Dengan ini, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 bp pada tahun ini, masing-masing 25 bp pada Agustus, 50 bp pada September, dan 50 bp pada Oktober. Suku bunga acuan dengan cepat naik dari 4,50% pada Juli menjadi 4,75% pada Oktober.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bp pada Oktober juga sebagai upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda ambruk dalam sepekan terakhir karena perkasanya dolar AS.

Bukan tanpa alasan, ada 5 risiko yang mesti dicermati dalam perkembangan ekonomi global dan domestik diantaranya, kondisi perekonomian dan keuangan global, lonjakan inflasi global, kebijakan moneter ketat di negara maju, kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), serta persepsi investor.

Kebijakan moneter ketat di negara maju mengancam pertumbuhan ekonomi di emerging market seperti Indonesia. Kenaikan suku bunga acuan The Fed (FFR) juga melambungkan dolar AS sehingga mata uang global terutama emerging market tertekan. Maka kenaikan suku bunga menjadi obatnya.

Di sisi lain, sentimen eksternal juga masih terkait suku bunga. Sejalan dengan langkah yang di ambil Bank Indonesia (BI), Para pejabat The Fed kembali menekankan bahwa mereka perlu melanjutkan langkah agresifnya selama inflasi masih panas.

Pasar memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang.

Apalagi, klaim pengangguran yang cenderung menurun membuat pasar tenaga kerja masih cenderung positif, membuat The Fed semakin yakin untuk bersikap makin agresif.

Klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 16 Oktober mencapai 214.000, turun 12.000 dari minggu sebelumnya dan kurang dari 230.000 dari ekspektasi pasar dalam survei Dow Jones.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 95% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bp dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular