Indonesia Kekeringan Dolar AS, Bos BI Buka Suara
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo buka suara terkait kondisi likuiditas valuta asing atau valas, terutama dolar AS, di Indonesia saat ini.
Perry menekankan pihaknya akan terus melakukan pendalaman pasar keuangan di dalam negeri, tak terkecuali valas. Hal tersebut dilakukan agar likuiditas valas tetap tersedia.
"Pendalaman pasar terus didorong, termasuk pendalaman valas, dengan memperluas penggunaan lindung nilai, hedging, dan meningkatkan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi antar negara," jelas Perry dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK), Jumat (21/10/2022).
Seperti diketahui, capital outflow atau dana asing yang lari dari pasar keuangan Indonesia diperkirakan terus terjadi, sering adanya ketidakpastian ekonomi global.
Ketidakpastian ekonomi global memberikan tekanan dari sisi arus modal asing meningkat, terutama dalam bentuk investasi portofolio, seiring dengan tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Para investor dengan begitu akan terus mengamankan investasinya di negara yang memberikan keuntungan.
BI memperkirakan net outflow sebesar US$ 2,1 miliar pada Kuartal III-2022 atau setara Rp 32,55 triliun (kurs Rp 15.500/US$).
Dari catatan CNBC Indonesia, sejak awal Januari hingga 6 Oktober 2022, dana asing yang kabur dari Indonesia atau keluar dari dalam negeri (outflow) sudah mencapai Rp 167,81 triliun di Pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengakui likuiditas valas di Indonesia terbatas, di tengah tren neraca perdagangan Indonesia yang sudah mengalami surplus 29 kali berturut.
Terakhir, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 kembali surplus sebesar US$ 4,99 miliar.
"Likuiditas valas terbatas, padahal trade balance besar. Satu hal ini memang agak berbeda dengan periode-periode yang lalu," jelas Destry dalam konferensi pers, Kamis (20/10/2022).
Destry merinci, saat ini kredit valas tumbuh sangat pesat. Pada September 2022 pertumbuhan kredit valas mencapai 18,1%, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) pertumbuhannya hanya mencapai 8,4%.
Melihat dari sumber pendanaan dari DPK, likuiditas valas memang terkesan terbatas. Namun, kata Destry jika dilihat dari sumber pendanaan di bank-bank terkait valas bervariasi.
(haa/haa)