
Breaking News: Harga Gas Alam Meroket 13%, Batu Bara Menyusul

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus memanas dan kembali mendekati level psikologis US$ 400 per ton. Pada perdagangan Kamis (20/10/2022), harga batu bara kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 396,15 per ton. Harganya menguat tipis 0,74% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan kemarin memperpanjang kinerja positif pasir hitam yang sudah menguat sejak Rabu. Dalam dua perdagangan hari terakhir, harga batu bara sudah melonjak 2,4%. Dalam sepekan, harga batu bara sudah menguat 0,29% secara point to point. Harga pasir hitam masih ambles 9,6% dalam sebulan tetapi melesat 85,9% dalam setahun.
Sejumlah faktor menopang penguatan batu bara kemarin mulai dari banjir Australia serta kembali naiknya harga gas.
Banjir diperkirakan kembali melanda negara bagian New South Wales dan Queensland, dua kantong produsen utama batu bara di Australia. Biro Meterologi Australia telah mengeluarkan peringatan banjir untuk sejumlah wilayah, termasuk Lower Hunter dan Wollombi di New South Wales hingga akhir pekan.
Sebagai catatan, banjir di Lower Hunter pada Juli lalu juga dilanda banjir hingga menyebabkan gangguan pengiriman batu bara dari Australia selama dua pekan.
Hujan deras juga diperkirakan akan melanda wilayah Bowen dan cekungan surat di negara bagian Australia. Australia setidaknya sudah menghadapi cuaca ekstrim sebanyak tiga kali pada tahun ini karena fenomena La Nina, yakni pada Maret, Juli, dan Oktober.
Australia merupakan eksportir terbesar batu bara kokas dan eksportir terbesar batu bara kedua untuk thermal sehingga gangguan produksi dan distribusi akan membuat pasokan global terancam.
Harga batu bara juga terus menanjak karena kembali meningkatnya harga gas alam. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) melonjak 13% kemarin ke 127,15 euro per megawatt-jam (MWH). Harga gas kembali naik setelah produksi gas alam cair dari Norwegia melandai dari 345 juta meter kubik (mmc) per hari pada Agustus menjadi 303 mmc/hari pada September.
Norwegia kini merupakan salah satu penyuplai utama gas ke Eropa setelah Rusia memangkas gas ke Eropa. Harga gas juga naik setelah produksi listrik dari angin dan nuklir Eropa turun, salah satunya karena aksi mogok di Prancis.
Tenaga angin, nuklir, dan batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas. Harga batu bara pun akan dipengaruhi oleh pergerakan harga gas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berita Buruk di Awal Tahun, Harga Batu Bara Anjlok 7%