
Kenapa Nih? Batu Bara Lompat Nyaris 2% Setelah 2 Hari Jeblok

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara bangkit setelah ambruk dalam dua hari perdagangan sebelumnya. Penguatan harga ditopang aksi profit taking, banjir di Australia, serta masih tingginya permintaan dari kawasan Eropa.
Pada perdagangan Rabu (19/10/2022), harga batu bara kontrak November di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 393,25 per ton. Harganya melonjak 1,67% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan kemarin memutus tren negatif batu bara yang melemah sejak awal pekan. Penguatan juga mendekatkan batu bara kembali ke level psikologis US$ 400 per ton.
Dalam sepekan, harga batu bara masih ambruk 3,6% secara point to point. Harga pasir hitam juga sudah ambles 8,2% dalam sebulan tetapi melesat 78% dalam setahun.
Penguatan tajam batu bara kemarin dibantu oleh aksi profit taking sejumlah trader yang membeli pasir hitam saat harganya turun beberapa hari terakhir.
Masih tingginya permintaan, terutama dari kawasan Eropa, juga menopang pergerakan pasir hitam.
"Negara-negara Eropa sedang mencari sumber energi alternatif untuk meyakinkan bahwa mereka memiliki cadangan energi yang cukup. Mereka kembali mengoperasikan pembangkit pembangkit batu bara," tutur Sanya Carley, profesor dari Indiana University, dikutip dari marketplace.org.
Reuters juga melansir banyaknya negara Eropa yang tengah memburu batu bara atau menghidupkan kembali pembangkit batu bara mereka untuk persiapan musim dingin.
Austria sudah bersiap mengoperasikan pembangkit Verbund, Denmark memperpanjang usia pembangkit listrik Orsted, Finlandia menghidupkan kembali pembangkit Fortum, Prancis mengoperasikan kembali Emile Huchet, sementara Jerman menghidupkan atau memperpanjang usia setidaknya empat pembangkit listrik batu bara mereka.
Negara seperti Bosnia and Herzegovina, Belanda, Yunani, Polandia, hingga Macedonia Utara pun melakukan kebijakan yang sama.
Harga batu bara juga kembali meningkat setelah munculnya kekhawatiran pasokan dari Australia. Banjir dan hujan deras tengah melanda Australia dan diperkirakan masih akan berlanjut ke depan. Australia merupakan eksportir terbesar batu bara kokas dan eksportir terbesar batu bara kedua untuk thermal sehingga gangguan produksi dan distribusi akan membuat pasokan global terancam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article To The Moon! Siap-Siap Batu Bara Bisa Pecah Rekor Lagi