BI Kerek Suku Bunga 50 Basis Poin, Pasar SBN Apa Kabar?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 October 2022 20:10
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup cenderung bervariasi pada perdagangan Kamis (20/10/2022), setelah Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuannya.

Secara mayoritas, investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di antara tiga tenor SBN yakni 5, 15, dan 30 tahun. Sedangkan untuk SBN tenor 10 dan 20 tahun masih diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara turun tipis 0,1 basis poin (bp) menjadi 7,508%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya hari ini.

BI kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bp menjadi 4,75%.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bp menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bp menjadi 5,50%.

Dengan demikian, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 125 bp pada tahun ini, masing-masing 25 bp pada Agustus, 50 bp pada September, dan 50 bp pada Oktober. Suku bunga acuan dengan cepat naik dari 4,50% pada Juli menjadi 4,75% pada Oktober.

Kenaikan BI7DRR sebesar 50 bp secara beruntun adalah yang pertama kali sejak Agustus 2013. Pada Juli 2013, BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bp menjadi 6,5% pada Juli.

Pada rapat regular 15 Agustus 2013, BI awalnya mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 6,5%. Namun, rupiah yang terus terperosok membuat kubu MH Thamrin menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bp lagi di RDG tambahan pada 29 Agustus menjadi 7,0%.

Kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 bp juga sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.

Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, sebanyak lima lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 bp menjadi 4,50%, tujuh lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bp menjadi 4,75% sementara satu lembaga memperkirakan kenaikan sebesar 75 bp menjadi 5,00%.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan suku bunga secara agresif dilakukan sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting). Juga, memastikan inflasi inti ke akan di bawa ke level yang lebih rendah dari 4% di paruh pertama 2023.

"(Kenaikan 50 bp) juga memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat semakin kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," tutur Perry, saat menggelar konferensi pers hasil RDG Oktober, Kamis (20/10/2022).

Perry menegaskan ekspektasi inflasi sudah terlalu tinggi. Konsensus memperkirakan inflasi pada tahun ini akan mencapai 6,6-6,7%. Ekspektasi tersebut jauh di atas proyeksi BI, di mana inflasi diperkirakan melandai ke 5,88% pada Oktober dan akan menyentuh 6,3% pada akhir tahun.

"Dengan (kebijakan) front loaded, pre-emptive dan forward looking, inflasi inti akan kami arahkan inflasi inti lebih rendah dari 4% di paruh pertama 2023, sehingga menjaga stabilitas ekonomi, daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi swasta," imbuh Perry.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung bervariasi pada pagi hari ini waktu setempat.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun kembali naik 1,1 bp menjadi 4,563%. Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun turun 1,4 bp menjadi 4,115% pada pagi hari ini waktu AS.

Investor kembali khawatir tentang ekonomi yang berkontraksi karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi yang terus-menerus.

Presiden The Fed Chicago, Charles Evans mengatakan pada Rabu kemarin bahwa inflasi "terlalu tinggi" dan bahwa The Fed perlu melanjutkan pendekatan kebijakannya saat ini. Dia menambahkan bahwa kenaikan suku bunga lebih jauh akan, bagaimanapun, "membebani ekonomi."

Pasar memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 95,1% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bp dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular