Rupiah Dekati Rp 15.600/US$! BI Bakal Gas Pol?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
20 October 2022 11:21
Pengunjung melihat Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022 (Uang TE 2022) dalam acara Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022 di Jakarta, Jumat (19/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pengunjung melihat Uang Rupiah Kertas Tahun Emisi 2022 (Uang TE 2022) dalam acara Festival Rupiah Berdaulat Bank Indonesia (FERBI) 2022 di Jakarta, Jumat (19/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terlibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (20/10/2022). Bahkan, kini rupiah semakin dekat dengan level Rp 15.600/US$.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah melemah 0,23% pada pembukaan perdagangan di Rp 15.530/US$. Sayangnya, rupiah melanjutkan koreksinya sebesar 0,52% ke Rp 15.575/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Terkoreksinya rupiah dipicu oleh penguatan indeks dolar AS di pasar spot. Indeks dolar AS terpantau menguat 0,09% ke posisi 113,08 pada pukul 11:00 WIB. Keperkasaan indeks dolar AS disinyalir karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) naik pada Rabu (19/10).

Dilansir dari CNBC Internationalyield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun melonjak 12,4 basis poin (bp) menjadi 4,561%. Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun melesat 14 bp menjadi 4,138% pada perdagangan kemarin.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar cemas akan situasi ekonomi, sehingga beralih pada aset yang lebih aman seperti obligasi. Selain itu, indeks dolar AS juga diuntungkan karena menyandang status mata uang safe haven.

Tidak heran, permintaan akan dolar AS pun meningkat membuat si greenback kembali perkasa.

Semua mata tertuju pada pertemuan Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya hari ini pukul 14:00 WIB. Sementara mayoritas ekonom memprediksikan suku bunga acuan akan dikerek naik sebesar 50 bps.

Pada acara seminar nasional Badan Keahlian DPR RI, Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan sinyal tentang kemana arah suku bunga acuan. Perry memastikan situasi Indonesia saat ini tidak akan direspons dengan kebijakan suku bunga acuan yang agresif seperti AS.

"Dengan koordinasi fiskal dan moneter, inflasi kita naik, tetapi lebih rendah dari negara lain," paparnya.

"Oleh karena itu, respons suku bunga kami tidak seagresif The Fed, Eropa, maupun negara lain," tegas Perry Warjiyo.

Namun, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia kepada 13 lembaga keuangan menunjukkan bahwa lima lembaga memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 4,5% , sedangkan tujuh lembaga memproyeksikan kenaikan sebesar 50 bps dengan tingkat suku bunga menjadi 4,75%. Sementara sisanya memperkirakan 75 bps akan dikerek BI dan mengirim tingkat suku bunga menjadi 5%.

Meski dolar AS menguat tipis di pasar spot, nyatanya berhasil melibas mayoritas mata uang di Asia. Hanya dolar Hong Kong yang mampu menguat tipis 0,01% terhadap dolar AS.

Sementara sisa mata uang tertekan, di mana Mata Uang Garuda terkoreksi paling tajam terhadap dolar AS. Kemudian disusul oleh baht Thailand dan ringgit Malaysia yang melemah masing-masing sebesar 0,37% dan 0,19%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular