Kekhawatiran Resesi Muncul Lagi, Wall Street Dibuka Loyo

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 October 2022 21:08
Trader Gregory Rowe works on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Aug. 5, 2019. Stocks plunged on Wall Street Monday on worries about how much President Donald Trump's escalating trade war with China will damage the economy. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Rabu (19/10/2022), setelah melesat selama dua hari beruntun.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka melemah 0,22% ke posisi 30.456,67, S&P 500 terkoreksi 0,52% ke 3.700,72, dan Nasdaq Composite terdepresiasi 0,74% menjadi 10.693,19.

Wall Street melemah meski masih ada sentimen positif dari rilis kinerja keuangan emiten di AS. Adapun emiten yang baru saja merilis kinerja keuangannya pada kuartal III-2022 yakni perusahaan teknologi Netflix dan perusahaan maskapai United Airlines.

Saham Netflix melonjak 11%, setelah raksasa streaming tersebut membukukan pendapatan yang positif dan lebih besar dari perkiraan serta adanya pertumbuhan pelanggan yang kuat di kuartal III-2022.

Pada kuartal III-2022, Netflix menarik 2,4 juta pelanggan baru di seluruh dunia, lebih dari dua kali lipat dari perkiraan pasar di Wall Street.

Sedangkan saham maskapai United Airlines melesat naik 4,6%, setelah kinerja keuangan perseroan berhasil melampaui perkiraan di kuartal III-2022.

Laba per saham (EPS) perseroan mencapai US$ 2,81 per saham yang disesuaikan dengan pendapatan sebesar US$ 12,88 miliar. Analis yang disurvei oleh Refinitiv memperkirakan EPS perusahaan mencapai US$ 2,28 per saham menjadi US$ 12,75 miliar pada kuartal III-2022.

Sedangkan pendapatan dari jarak tempuh per kursi yang tersedia naik 25,5%, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019

Awal yang solid untuk musim pendapatan datang karena banyak perusahaan di AS telah mengatur ulang proyeksi pendapatannya, di mana revisi tersebut lebih rendah akibat kekhawatiran resesi.

Wall Street melemah juga disebabkan karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS kembali naik pada pagi hari ini.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun menanjak 8,3 basis poin (bp) menjadi 4,52%. Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun melonjak 9,2 bp menjadi 4,09% pada awal perdagangan hari ini.

"Di sisi positifnya, musim pendapatan perusahaan dapat sedikit membantu kepercayaan investor, mengingat kondisi oversold saat ini dan ekspektasi yang berkurang. Itu akan membantu ekuitas mempertahankan pijakannya, tetapi sampai kita melihat yield 2 tahun dan 10 tahun mulai menurun, kami pikir trader dan investor harus tetap waspada," kata Nick Colas dari DataTrek Research, dikutip dari CNBC International.

Investor cenderung merespons negatif dari rilis data perumahan yang mulai turun lebih dari yang diharapkan pada September lalu. Data perumahan tersebut turun 8,1% secara bulanan (month-to-month/mtm) ke tingkat tahunan 1,44 juta. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan penurunan 6,7%.

Sedangkan, angka izin bangunan naik 1,4% pada September lalu. Tetapi, angka itu di bawah perkiraan pasar sebesar 1,5%.

Sektor properti dan perumahan telah terpukul sangat keras oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tahun ini, di mana tingkat hipotek telah melonjak, membuat pembangun rumah waspada meningkatkan pasokan.

Kekhawatiran tentang resesi kembali muncul di kalangan investor karena The Fed terus mengikuti jalur hawkish yang dilapisi dengan kenaikan suku bunga.

Hal ini membuat beberapa perusahaan di AS kembali merubah proyeksi pendapatannya, dengan beberapa perusahaan dan analis merevisi prospek mereka ke bawah untuk kuartal mendatang.

Pasar juga memperkirakan The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 96,7% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bp dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trio Inflasi-Resesi-Fed Biang Kerok, Wall Street Kebakaran!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular