
BI Diramal Kerek Suku Bunga 50 Bps Lagi, Rupiah Siap Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 9 hari perdagangan rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin. Pelaku pasar kini menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) Kamis besok.
Kemarin rupiah sukses menguat 0,13% ke Rp 15.465/US$, dan berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Rabu (19/10/2022).
Gubernur BI Perry Warjiyo dan anggota Anggota Dewan Gubernur lain dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2022 pada Rabu dan Kamis (19-20 September 2022).
Survei yang dihimpun CNBC Indonesia terhadap 13 institusi menunjukkan lima lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50%, tujuh lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,75% sementara satu lembaga memperkirakan kenaikan sebesar 75 bps menjadi 5,00%.
Mayoritas memprediksi suku bunga akan dinaikkan sebesar 50 basis poin, jika terealisasi maka akan memberikan sentimen positif ke rupiah.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah menguat tipis kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR terus tertekan sejak menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).
MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya. Rupiah kini sudah berada di atas Rp 15.450/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 38,2%.
![]() Foto: Refinitiv |
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Selama tertahan di atas Fibonacci Retracement 32,5% tersebut rupiah berisiko terpuruk semakin jauh, menuju Rp 16.000/US$ atau di kisaran Rp 15.900/US$ yang merupakan FIb. Retracement 23,6%.
Untuk hari ini, ada risiko rupiah melemah ke level psikologis Rp 15.500/US$, jika ditembus ada risiko ke Rp 15.550/US$ hingga Rp 15.560/US$.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah cukup lama berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian, mulai keluar dari wilayah overbought.
Support terdekat berada di Rp 15.450/US$ jika ditembus, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
