
Kecuali Shanghai, Bursa Asia Ditutup Cerah Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Selasa (18/10/2022), menandakan bahwa pelaku pasar di kawasan tersebut cenderung optimis.
Hanya indeks Shanghai Composite China yang ditutup di zona merah pada hari ini, yakni melemah 0,13% ke posisi 3.080,96. Shanghai terkoreksi sepertinya disebabkan karena adanya penundaan rilis data ekonomi di China.
Sedangkan sisanya ditutup cerah bergairah. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 1,42% ke posisi 27.156,14, Hang Seng Hong Kong melejit 1,82% ke 16.914,58, Straits Times Singapura menguat 0,34% ke 3.025,88, ASX 200 Australia melompat 1,72% ke 6.779,2, KOSPI Korea Selatan melesat 1,36% ke 2.249,95, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,05% menjadi 6.834,49.
Dari China, rilis data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2022 ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan karena adanya kongres Partai Komunis China.
Dilansir dari Bloomberg, Senin kemarin, Biro Statistik Nasional (NBS) memperbarui jadwal rilis Produk Domestik Bruto (PDB) dengan keterangan "ditunda" tanpa memberikan keterangan dan informasi tanggal publikasi baru.
Data PDB China sebelumnya dijadwalkan rilis pada hari ini pukul 09.00 WIB. Selain data PDB, data lain yang juga ditunda termasuk output industri bulanan, produksi energi, investasi aset tetap, investasi dan penjualan properti, penjualan ritel dan harga rumah.
Tak hanya data-data tersebut, data neraca perdagangan China pun hingga Senin kemarin masih ditunda perilisannya. Padahal seharusnya, data neraca perdagangan China pada periode September 2022 dirilis Jumat pekan lalu.
Penundaan rilis data PDB China pada kuartal III-2022 dan beberapa data ekonomi lainnya pada periode September 2022 dapat memicu ketidakpastian investor dan kekhawatiran perlambatan ekonomi.
"Ini dapat menyebabkan ketidakpastian dan kehati-hatian investor karena tidak adanya penjelasan alasan penundaan tersebut," kata kepala analis valas Mizuho Bank Ltd. Ken Cheung.
Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan PDB China pada kuartal III-2022 tumbuh 3,4%, dari sebelumnya pada kuartal II-2022 yang hanya tumbuh 0,4%.
Hal ini karena ekonomi China mulai merasakan dampak dari serangkaian kebijakan pendukung pemerintah yang diperkenalkan dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) memiliki lebih banyak fleksibilitas pada "ukuran dan waktu kenaikan suku bunga" karena dewannya mengadakan lebih banyak pertemuan dibandingkan dengan bank sentral lain.
Hal ini pun dikonfirmasi oleh Wakil Gubernur RBA, Michele Bullock.
"Kami mampu mencapai pengetatan serupa dengan kenaikan tarif individu yang lebih kecil," kata Bullock, berbicara dihadapan Asosiasi Industri.
Anggota dewan RBA mengatakan bahwa mereka mengakui manfaat dari peningkatan yang lebih kecil, menurut risalah yang dirilis dari pertemuan 4 Oktober, di mana mereka masih mengharapkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).
"Peningkatan yang lebih kecil dari yang disepakati pada pertemuan sebelumnya dibenarkan mengingat bahwa tingkat uang tunai telah meningkat secara substansial dalam waktu singkat dan efek penuh dari peningkatan itu ada di depan," kata anggota dewan RBA.
Bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas cerah bergairah terjadi setelah bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street berhasil rebound dan ditutup melesat.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,86%, sedangkan indeks S&P 500 melejit 2,65%, dan Nasdaq Composite terbang 3,43% menjadi 10.675,8.
Wall Street berhasil rebound, ditopang oleh rencana Inggris yang ingin membalikan arah ekonomi dan positifnya dari rilis kinerja keuangan beberapa emiten perbankan di AS, seperti Bank of America.
Bank of America melaporkan pendapatan bunga bersih pemberi pinjaman yang positif didukung oleh kenaikan suku bunga pada kuartal tersebut, meskipun menambahkan US$ 378 juta ke cadangan kerugian pinjaman untuk menopang ekonomi yang melemah.
Positifnya kinerja keuangan Bank of America pada kuartal III-2022 dapat mengangkat optimisme pasar tentang musim pendapatan perusahaan.
Musim rilis kinerja keuangan emiten di AS pada kuartal III-2022 telah dimulai. Investor sedang memantau apakah perusahaan di AS akan melakukan revisi penurunan yang signifikan terhadap pandangan mereka dalam menghadapi inflasi yang sangat tinggi dan perlambatan ekonomi.
Di lain sisi, faktor lain yang menjadi pendorong kuatnya perdagangan Senin kemarin adalah perkembangan politik di Eropa, di mana menteri keuangan Inggris yang baru yakni Jeremy Hunt mengumumkan bahwa hampir semua pemotongan pajak yang direncanakan akan dibatalkan.
Hal ini membuat mata uang Inggris yakni poundsterling diperdagangkan lebih dari 1%, lebih tinggi di hampir GBP 1,135/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
