
Dana Kelolaan MI Ini Hangus Rp23 Ribu T Akibat Dolar AS Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena penguatan mata uang dolar Amerika Serikat ke seluruh mata uang di dunia, atau strong dolar tidak hanya membuat pusing warga negara mata uang lawan, tetapi juga entitas bisnis di AS sendiri.
Adalah BlackRock, Inc, perusahaan manajer investasi terbesar dunia, asal New York Amerika Serikat ini kini juga merasakan pahit akibat dolar AS yang terlalu menguat. Dana kelolaan yang mencapai hampir US$10 triliun pada awal Januari 2022, atau sekitar Rp150 ribu triliun itu kini susut 16% pada kuartal III, atau sekitar US$1,5 triliun, setara Rp23 ribu triliun pada kurs Rp15.350/US$.
Perusahaan yang berdiri pada 1988 ini rupanya menderita banyak kerugian akibat valuasi investasi di pasar Eropa dan Asia ikut jeblok oleh pelemahan nilai tukar di negara-negara tersebut. Dari Indonesia misalnya, BlackRock membeli sejumlah saham bluechip di Bursa Efek Indonesia, untuk dibundel menjadi reksadana yang dapat di perdagangkan atau ETF, bernama iShares MSCI Indonesia ETF. Indek ini lebih dikenal dengan EIDO dan dijual di bursa di New York dengan nilai dana kelolaan sekitar US$500 juta.
"Kecepatan di mana bank sentral menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi di samping perlambatan pertumbuhan ekonomi menciptakan ketidakpastian yang luar biasa, peningkatan volatilitas, dan tingkat likuiditas pasar yang lebih rendah," ujar Kepala Eksekutif BlackRock Larry Fink dalam Konferensi Pers, seperti di kutip Reuters (13/10/2022).
BlackRock yang mengandalkan laba dari fee jual dan beli produk, serta jasa penasehat investasi ini mengalami penurunan pendapatan cukup lumayan. Laba bersih per saham (setelah disesuaikan) turun 16% menjadi US$9.55 per unit, lebih besar dari ekspektasi analis. Akibat dolar yang menguat, harga saham BlackRock juga terjun bebas. Anjlok 42% sepanjang tahun ini, atau terendah dalam 2,5 tahun terakhir.
Dengan penurunan dana kelolaan yang lebih besar dari ekspektasi analis, pendapatan BlackRock juga diprediksi turun pada tahun ini. "Mengingat hasil AUM (dana kelolaan) yang lebih rendah dari yang diharapkan, itu memberikan standar yang lebih rendah untuk hasil pendapatan pada kuartal keempat," kata Kyle Sanders, seorang analis di Edward Jones.
BlackRock adalah pemain utama instrumen aset berbasis surat utang dunia. Ia juga penyedia utama produk investasi liability-driven investment (LDI) yang banyak dibeli dana pensiun di Inggris. Tetapi kini, kenaikan suku bunga membuat banyak klien BlackRock melakukan penjualan besar-besaran aset obligasi negara atau gilts untuk mendapatkan lebih banyak uang tunai untuk menjaga posisi lindung nilai pada produk itu. BlackRock menguasai sekitar 20% LDI di pasar Inggris, atau sekitar US$250 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mum/mum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma BlackRock, Vanguard Juga Doyan Borong Saham RI