Top Gainers-Losers

Kamu Pegang Saham SICO Atau SDMU? Kemarin Paling Moncer Loh!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
14 October 2022 06:10
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada perdagangan Kamis (13/10/2022) kemarin. IndeksĀ ditutup melemah 0,41% ke posisi 6.880,63. IHSG kini berada di level psikologis 6.800 dan sudah terkoreksi dalam lima hari beruntun sejak Jumat pekan lalu.

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, dibuka kembali naik tipis 0,04% di posisi 6.912,19. Selang 10 menit berselang, indeks masih terpantau menguat 0,12% ke 6.917,83.

Namun pada pukul 09:20 WIB IHSG melemah tipis 0,02% ke 6.907,66. Kemudian pada sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG berhasil kembali bangkit hingga menyentuh zona hijau kembali dan juga berhasil menyentuh level tertinggi hariannya di 6.933,71.

Pada perdagangan sesi II, IHSG terpantau masih menghijau. Tetapi perlahan-lahan penguatannya terpangkas dan pada akhirnya gagal bertahan di zona hijau di akhir perdagangan sesi II.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 11 triliun dengan melibatkan 22 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 203 saham menguat, 340 saham melemah, dan 147 saham stagnan.

Investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 316,99 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin.

Saat IHSG mencetak koreksi hingga lima hari beruntun, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten jasa bidang kompresor yakni PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO) memimpin deretan top gainers pada perdagangan kemarin. Saham SICO ditutup melejit 20,65% ke posisi harga Rp 222/saham.

Nilai transaksi saham SICO pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 28,3 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 137,06 juta lembar saham. Asing mengoleksinya sebesar Rp 298,53 juta di pasar reguler.

Jika melihat data perdagangan, sejak perdagangan 3 Oktober hingga kemarin, saham SICO mencatatkan penguatan sebanyak 5 kali dan melemah sebanyak 4 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham SICO melonjak 21,31% dan dalam sebulan terakhir, saham SICO melesat hingga 19,35%.

Jika dilihat dari kinerja keuangannya pada semester I-2022, saham yang melantai di bursa pada 8 April 2022 ini berhasil membukukan kinerja impresif dengan mencetak pertumbuhan signifikan.

Laba bersih SICO pada semester I-2022 mencapai Rp 4,3 miliar, naik 70% dari periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp 6,4 miliar. Hal tersebut menjadi capaian memuaskan bagi emiten yang masih menjadi pendatang baru di bursa.

Peningkatan laba bersih sepanjang enam bulan pertama 2022 ini dikontribusikan dari berbagai program dan strategi perseroan dalam menerapkan efisiensi biaya dan pemasaran yang efektif.

Hal ini dilakukan seiring dengan mulai pulihnya kondisi perekonomian nasional sehingga turut meningkatkan permintaan terhadap jasa SICO.

Kontribusi terbesar pendapatan perseroan datang dari penyewaan kompresor GasJack kepada industri minyak dan gas dengan menyumbang sebesar 68%. Kemudian diikuti pendapatan dari penjualan bahan bakar sebesar 30% dan jasa lainnya sebesar 2%.

Sebagai informasi, SICO merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha jasa penyewaan alat-alat untuk monetisasi minyak dan gas dengan menggunakan teknologi kompresi untuk penurunan emisi gas rumah kaca.

SICO dikabarkan ikut berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memangkas hingga 1.500 MMSCF gas/tahun senilai US$ 12,5 juta.

Selain saham SICO, terdapat pula saham emiten transportasi bahan kimia beracun dan berbahaya, dan pengangkutan minyak mentah yakni PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU), yang harga sahamnya melesat 20,27% ke posisi Rp 89/saham.

Nilai transaksi saham SDMU pada perdagangan kemarin mencapai Rp 36,16 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 405,26 juta lembar saham. Namun, asing melepasnya sebesar Rp 4 juta di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 3 Oktober hingga kemarin, saham SDMU mencatatkan penguatan sebanyak 5 kali, melemah sebanyak 2 kali, dan stagnan sebanyak 2 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham SDMU melonjak hingga 43,55% dan dalam sebulan terakhir, saham SDMU juga melesat hingga 34,85%.

Belum diketahui secara signifikan terkait kenaikan saham SDMU, namun jika melihat kinerja keuangannya pada semester I-2022, SDMU mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,3 miliar, mencatatkan kenaikan dari periode sebelumnya yang mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 12,3 miliar.

Di sisi lain, SDMU menargetkan pendapatan di kisaran Rp 100 miliar atau lebih hingga akhir 2022. Hal itu seiring perbaikan kondisi ekonomi Indonesia. Angka ini lebih tinggi sekitar 20,98% dibandingkan realisasi pendapatan bersih perusahaan sepanjang 2021 senilai Rp 82,62 miliar.

Tahun ini, perseroan berencana meningkatkan pelayanan kepada pelanggan yang ada untuk mengantisipasi peningkatan kuantitas yang akan dilakukan pelanggan. Perseroan juga akan mempertahankan tingkat efisiensi pada proses kerja perusahaan dan menambah pelanggan baru.

Di saat IHSG kembali mencatatkan koreksi hingga lima hari beruntun, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten perdagangan voucher digital dan jasa teknologi yakni PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) memimpin jajaran top losers pada perdagangan kemarin. Saham UVCR ditutup ambruk 9,09% menjadi Rp 90/saham.

Nilai transaksi saham UVCR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 845,98 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 9,24 juta lembar saham. Namun, asing memburunya sebesar Rp 950.000 di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak 3 Oktober hingga kemarin, saham UVCRtercatat hanya menguat sebanyak 2 kali, sedangkan sisanya melemah sebanyak 7 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham UVCR ambles 25,62% dan dalam sebulan terakhir, saham UVCR terpantau ambrol 34,31%.

Belum diketahui penyebab saham UVCR terkoreksi parah kemarin. Namun dari kinerja keuangannya pada semester I-2022, UVCR mencatat laba bersih Rp 3,07 miliar, naik 192% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,05 miliar.

Kenaikan laba bersih itu juga didukung oleh pendapatan perusahaan yang naik 71%, dari sebelumnya sebesar Rp 383,1 miliar di semester I-2021 menjadi Rp 657,7 miliar di semester I 2022.

Sejak awal tahun 2022, perseroan telah meluncurkan beberapa produk dan layanan terbaru yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis sebagai perusahaan digital.

Dari sisi partnership, perseroan juga memantapkan diri untuk bekerja sama dengan berbagai macam brand dari berbagai lini industri.

Selain saham UVCR, terdapat pula saham bank digital berkapitalisasi pasar besar (big cap) yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO), yang harga sahamnya ambles 6,9% menjadi Rp 5.400/saham.

Nilai transaksi saham ARTO pada perdagangan kemarin mencapai Rp 60,68 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 11,04 juta lembar saham. Asing melepasnya sebesar Rp 6,01 miliar di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak 3 Oktober hingga kemarin, saham ARTOtercatat hanya menguat sebanyak 3 kali, sedangkan sisanya melemah sebanyak 6 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham ARTO ambles 22,3% dan dalam sebulan terakhir, saham ARTO terpantau ambrol 28,95%.

Pelemahan tersebut membawa harga saham bank digital yang terintegrasi ke ekosistem Gojek Tokopedia (GoTo) tersebut berada di posisi terendahnya dalam satu tahun terakhir.

Nasib saham ARTO di tahun 2022 memang tidak mujur. Ketika tahun lalu masih menjadi primadona, kini ARTO seolah tak lagi dilirik.

Belum diketahui secara pasti penyebab koreksi saham ARTO. Namun jika melihat kinerja laporan keuangannya sepanjang semester I-2022, ARTO berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 28,9 miliar, membalikkan kondisi rugi sebesar Rp 46,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular