Menanti Kembalinya IPO Jumbo Mengguyur Pasar
Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas penggalangan dana melalui pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI), berlangsung ramai dan sepi secara bersamaan. Hingga akhir kuartal ketiga jumlah emiten yang terdaftar dan memberikan tambahan kapitalisasi pasar ke IHSG. Namun, jumlah emisi yang berhasil dikumpulkan turun signifikan.
Hingga akhir September tahun ini, tercatat 44 perusahaan resmi diperdagangkan publik secara perdana tahun ini. Angka tersebut naik dari capaian pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 38 perusahaan. Akan tetapi jumlah emisi yang dikumpulkan tahun ini berkurang sepertiga dari capaian periode yang sama tahun lalu.
Tahun ini, Investor publik menggalang Rp 21,80 triliun di pasar IPO, turun signifikan dari perolehan dalam sembilan bulan pertama tahun lalu senilai Rp 32,12 triliun.
Terdapat berbagai alasan yang melatar belakangi fenomena ini turunnya nilai emisi di tengah bertambahnya perusahaan terdaftar, mulai dari kondisi ekonomi makro yang kurang kondusif hingga gagalnya sejumlah emiten menarik perhatian pasar dan terpaksa melepas sahamnya di rentang harga terendah pasca bookbuilding.
Tahun lalu, hingga akhir Desember jumlah emisi yang berhasil digalang dari IPO mencapai 62,24 triliun dari total 54 emiten baru. Artinya, untuk menyamai kinerja tahun lalu sebesar Rp 40,44 triliun dana publik perlu digalang dalam sisa waktu tiga bulan tahun ini.
Target ini relatif berat, tapi tidak mustahil apabila sejumlah perusahaan besar yang sudah lama antre dan menggoda investor lewat rumor yang beredar sudah merasa nyaman untuk menjadi perusahaan publik. Sejumlah perusahaan besar yang diisukan akan melaksanakan IPO tahun ini termasuk Blibli, Vidio serta perusahaan BUMN Pertamanina Geothermal Energy (PGE).
Emiten Teknologi Motor Utama IPO
Tahun ini, pasar IPO dimotori oleh emiten teknologi nasional terbesar, GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) yang mampu menggalang Rp 13,73 triliun, meski hanya melepas 3,47% saham baru. Torehan emisi tersebut nyaris sepertiga dari total penggalangan dana IPO tahun ini. Tidak hanya itu, GOTO juga menjadi perusahaan dengan kontribusi terbesar akan penambahan kapitalisasi pasar bursa.
Tahun ini, pada hari perdana perdagangan pasca IPO 44 perusahaan menambahkan total Rp 462,47 triliun secara kumulatif. Porsi terbesar dicatatkan oleh GOTO yang pada awal perdagangan publik divaluasi Rp 400,32 triliun, atau sekitar 87%. Artinya tanpa IPO GOTO, pasar saham hanya mengalami penambahan terbatas dari sisi valuasi.
Sementara itu, tahun lalu emiten teknologi juga menjadi motor utama penggalangan dana publik dengan Bukalapak.com (BUKA) mampu menorehkan rekor emisi IPO senilai Rp 21,90 triliun setelah melepas 25% saham baru. Secara proporsi dana galangan IPO BUKA mencapai lebih dari sepertiga total penggalangan dalam sembilan bulan awal.
Tahun ini, sejumlah perusahaan teknologi berpotensi menyelamatkan pasar IPO yang relatif sepi di tengah kondisi ekonomi yang menantang. Selain perusahaan yang telah disebut sebelumnya, manuver mendadak dari perusahaan rintisan untuk go public tahun ini bisa saja membuat pasar IPO kembali ramai, apa lagi di tengah seretnya dana swasta dapat menjadi insentif agar perusahaan tidak menahan ekspansi atau melakukan PHK masal. Meskipun demikian, pada akhirnya ramai tidaknya pasar IPO akan didikte oleh selera investor dan nyaman tidaknya berinvestasi di perusahaan publik baru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)