Breaking News

Ini Penyebab IHSG Jeblok 1% Lebih Hingga Tembus Kisaran 6.900

Putra, CNBC Indonesia
10 October 2022 10:06
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belum genap satu jam perdagangan awal pekan ini dibuka, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung ambles 1% lebih.

Pada 09.54 WIB, IHSG terpantau melemah 1,05% di 6.953. IHSG semakin menjauhi level psikologis 7.000 pada Senin (10/10/2022).

Beberapa saham big cap menjadi pemberat pergerakan IHSG hari ini. Berikut ini adalah saham big cap dengan kinerja lagging, atawa memberatkan IHSG pagi ini.

Saham

Perubahan (%)

Perubahan (Indeks Poin)

BBRI

-1.80

-13.08

ADRO

-4.83

-6.05

UNTR

-2.80

-3.55

BMRI

-1.33

-3.52

ASII

-1.54

-3.49

GOTO

-1.64

-3.30

BUMI

-5.91

-2.44

BBCA

-0.30

-2.09

MDKA

-2.31

-2.05

ARTO

-2.58

-1.95

Pergerakan IHSG sejalan dengan mayoritas indeks saham Asia yang juga berada di zona merah pagi ini. Bahkan indeks Hang Seng drop 2,53%.

Bursa saham Wall Street berakhir di zona merah pekan lalu. Amblesnya Wall Street pada Jumat semakin memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung sejak Rabu pekan lalu.

Pada Jumat (7/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 630,15 poin atau 2,11% ke 29.296,79. Sementara itu, indeks S&P 500 anjlok104,86 poin atau 2,80% menjadi 3.639,66 dan indeks Nasdaq Composite ambruk 420,91 poin atau 3,8% ke 10.652,4.

Pada Jumat, bursa AS anjlok setelah data tenaga kerja AS untuk September keluar.Biro statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan ada peningkatan jumlah pekerja sebanyak 263.000 pada September. Jumlah tersebut memang jauh lebih rendah dibandingkan 315.000 pada Agustus. Namun, tingkat pengangguran melandai ke 3,5% pada September 2022 dari 3,7% pada Agustus.

Meskipun penambahan pekerja melandai tetapi angkanya masih terbilang solid. Dengan data yang masih solid, pasar pun berekspektasi jika kebijakanhawkishbank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan bertahan lama.

Laporan FactSet menunjukkan dari perusahaan yang tercatat di bursa S&P dan sudah melaporkan laporan keuangan pada kuartal III-2022, setengah dari mereka terdampak negatif oleh penguatan dolar AS. Sementara itu, 65% menunjukkan jika mereka terdampak besar oleh ongkos tenaga kerja dan 55% terimbas oleh gangguanrantai pasok.

Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Minggu (9/10/2022),menyatakan bahwa risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan terus meningkat. Ia mengatakan prospek ekonomi global 'gelap' mengingat guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, serangan Rusia ke Ukraina, dan bencana iklim di semua benua.

Dari dalam negeri, data yang perlu dicermati pasar hari ini adalah survei konsumen yang akan dikeluarkan Bank Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September menjadi penting karena akan mencerminkan perilaku konsumen dalam berbelanja setelah ada kenaikan harga BBM Subsidi awal September lalu serta lonjakan inflasi.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular