Review Sepekan

Cadangan Emasnya 8.000 Ton, AS Suka Bikin Pemilik Emas Merana

Maesaroh, CNBC Indonesia
08 October 2022 10:00
emas
Foto: Pexels/Steinberg

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan emas kembali terimbas oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS). Penggerak terbaru adalah data tenaga kerja AS pada September 2022.

Biro statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan ada peningkatan jumlah pekerja sebanyak 263.000 pada September. Jumlah tersebut memang jauh lebih rendah dibandingkan 315.000 pada Agustus.  Namun, tingkat pengangguran melandai ke 3,5% pada September 2022 dari 3,7% pada Agustus.

Meskipun penambahan pekerja melandai tetapi angkanya masih terbilang solid. Dengan data yang masih solid, pasar pun berekspektasi jika kebijakan hawkish bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan bertahan lama.

"The Fed akan mempertimbangkan data tenaga kerja dan inflasi. Dengan data ini maka The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan," tutur Mark Hamrick, analis dari Bankrate, dikutip dari CNN.

The Fed akan menggelar pertemuan pada 1-2 November mendatang. Dengan data tenaga kerja September, market semakin yakin The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps) pada pertemuan mendatang.

Analis dari
Heraeus Precious Metals Tai Wong mengingatkan data tenaga kerja AS pada September dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed diproyeksi membuat emas semakin terpuruk.

"Titik support emas kemungkinan di US$ 1.690 per troy ons bahkan bisa lebih ke bawah lagi yakni US$ 1.660 per troy ons," tutur Tai Wong.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (7/10/2022), emas ditutup melemah 0,95% ke posisi US$ 1.694,52 per troy ons. Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif emas yang sudah melemah sejak Rabu pekan ini. Harga emas kini terpental dari level psikologis US$ 1.700 per troy ons.
Dalam sepekan, harga emas masih menguat 2,1% secara point to point. Namun, emas melemah 1,3% sebulan dan ambruk 3,5% dalam setahun.

Melemahnya emas karena data Amerika bukan kali ini saja terjadi. Sepanjang tahun ini, emas selalu ambles ketika data ekonomi AS keluar mulai dari inflasi, tenaga kerja, angka pengangguran, hingga pertumbuhan ekonomi.

Pasalnya, data-data tersebut digunakan The Fed sebagai bahan pertimbangkan menaikkan suku bunga acuan. Dengan statusnya sebagai negara super power, apapun kebijakan AS memang akan berpengaruh ke dunia, termasuk ke emas.


Emas bahkan sudah anjlok US$ 162,19 per troy ons sejak The Fed memberlakukan kebijakan hawkish nya pada pertengahan Juni lalu yakni dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps.

Kenaikan suku bunga acuan membuat dolar AS menjulang dan yield surat utang pemerintah AS melonjak. Kedua kondisi ini berdampak negatif ke emas. Penguatan dolar AS membuat emas makin mahal dan tidak terjangkau. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield obligasi pemerintah AS membuat emas tidak menarik.

"Trader emas sekali lagi akan lebih mempertimbangkan dampak kebijakan The Fed dan akan mengurangi dampak geopolitik dalam menentukan gerak emas," tutur analis Kitco Metals Jim Wyckoff.

Analis WisdomTree Nitish Shah mengatakan harga emas saat ini seharusnya lebih rendah. Namun, ada banyak pembelian emas yang tidak tercatat sehingga permintaan yang masih besar yang menggerakan pasar.

Shah menjelaskan salah satu pembelian emas yang tidak tercatat adalah pembelian dari bank sentral China dan Rusia.  Biro Cukai Swiss melaporkan China mengimpor emas sebanyak 5,7 ton dari Swiss tetapi tidak tercatat dalam International Financial Statistics (IFS). "Ada begitu banyak emas yang  mengalir ke China tetapi kita tidak tahu di mana dan kemana emas itu berada," tutur  Shah, seperti dikutip dari Reuters.

Data World Gold Council yang dikeluarkan pada Selasa (4/10/2022) menunjukkan bank sentral mencatatkan pembelian bersih (net buy)  untuk emas selama lima bulan beruntun pada periode April-Agustus 2022 atau sejak perang Rusia-Ukaina meletus.

Data per Agustus 2022 menunjukkan bank sentral di dunia telah menambah cadangan emas hingga 300 ton sejak Januari-Agustus. Pembelian pada Agustus mencapai 20 ton.

Bank sentral Turki menjadi pembeli teraktif sepanjang tahun ini. Pada Agustus, bank sentral Turki menambah cadangan emas sebanyak 8,9 ton sehingga cadangan emas mereka meningkat 84 ton pada periode Januari-Agustus 2022. Secara keseluruhan, Turki kini memiliki cadangan emas sebanyak 478 ton, rekor tertingginya sejak kuartal II-2020.

Bank sentral AS The Fed sendiri tidak tercatat melakukan pembelian emas pada Agustus. Namun, cadangan emas AS masih yang terbesar di dunia.

Cadangan emas AS per Agustus 2022 menyentuh 8.133,5 ton atau 66,6% dari total cadangan devisa mereka. Jerman ada di peringkat dua dengan jumlah 3.355,1 ton disusul dengan  Dana Moneter Internasional (IMF) yang tercatat 2.814 ton, Italia (2.451,8 ton), Prancis (2.436,6 ton), Rusia (2.298,5 ton), dan China (1.948,3 ton).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular