Wapres Was-was Asing Kabur Tinggalkan RI

Redaksi, CNBC Indonesia
07 October 2022 12:40
Wakil Presiden (Wapres)  Ma’ruf Amin (Dok. Setneg)
Foto: Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin (Dok. Setneg)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden Maruf Amin mengutarakan situasi dunia yang tengah diselimuti awan gelap. Risikonya menimpa banyak negara di dunia, termasuk Indonesia yang harus waspada akan terjadinya aliran modal keluar atau outflow.

"Kita harus waspadai arus modal kembali ke negara maju," ungkapnya dalam pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (6/10/2022)

Terjadinya arus modal keluar merupakan imbas kebijakan moneter negara maju. Salah satunya Amerika Serikat (AS) yang agresif menaikkan suku bunga acuan untuk meredam lonjakan inflasi.

Laju inflasi tahunan AS sudah meningkat lebih dari 2% sejak April 2021 dan terus meningkat hingga 9,06% pada Juni 2022. Laju inflasi Juni merupakan yang tertinggi sejak 1981. Namun pada September 2022, inflasi AS turun hingga 8,3%.

Sementara Bank Sentral AS The Fed sudah menaikkan bunga acuan empat kali selama 2022: Mei 0,5%, serta Juni dan Juli masing-masing 0,75%, serta Agustus 0,75%. Suku bunga acuan (Fed funds rate) saat ini di kisaran 3%-3,25%. The Fed masih akan terus agresif ke depan sampai inflasi jinak.

Hal ini yang juga mendorong kenaikan yield US Treasury. Tenor 10 tahun, yield UST sudah mencapai 3,8%. Selisih tipis dibandingkan yiels SBN Indonesia di level 7,3%. Apalagi dalam situasi yang penuh ketidakpastian, investor lebih memilih posisi aman dengan memegang dolar AS.

"Ancaman resesi dan sinyal kelesuan ekonomi global semakin menguat. Bahkan banyak bank sentral merespon dengan menaikan suku bunga acuan untuk menahan laju inflasi," tegas Maruf.

Modal asing yang kabur sepanjang tahun 2022, hingga 29 September mencapai Rp 158,6 triliun di pasar surat berharga negara (SBN). Rupiah berada dalam tren pelemahan, sempat menyentuh level Rp 15.300/US$.

Maruf menginginkan agar semua fokus dalam penguatan modal di dalam negeri. Salah satu modal yang dimaksud adalah penguatan konsumsi dalam negeri dan UMKM. Lebih dari setengah porsi perekonomian digerakkan oleh konsumsi, sehingga ini bisa menjadi modal kekuatan perekonomian di tengah ancaman resesi.

Upaya yang dilakukan pemerintah adalah menjaga kestabilan harga dan memberikan bantuan sosial ke masyarakat dan UMKM yang membutuhkan.

"Kita harus fokus terhadap modal untuk bertahan di situasi yang tidak menentu sekarang dan terus berikthiar untuk mencapai seluruh target yang kita ciptakan," terangnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiba-tiba Wapres Buka Suara Soal Ekonomi Indonesia Terkini

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular