Nikkei - Hang Seng Ambles 1%, Awas IHSG Nyusul!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
07 October 2022 08:50
A woman walks by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Monday, Dec. 2, 2019. Asian stock markets have risen after Chinese factory activity improved ahead of a possible U.S. tariff hike on Chinese imports. Benchmarks in Shanghai, Tokyo and Hong Kong advanced. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Jumat (7/10/2022), di mana investor juga menanti serangkaian data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) karena data ini akan memandu keputusan moneter bank sentral AS pada November 2022. Pergerakan tersebut tentunya menjadi kabar buruk bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini.

Hanya indeks Straits Times Singapura yang dibuka di zona hijau pada hari ini, yakni dibuka naik 0,11%.

Sedangkan sisanya dibuka di zona merah. Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka ambles 1,24%, Hang Seng Hong Kong merosot 1,05%, ASX 200 Australia melemah 0,64%, dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,02%.

Sementara untuk pasar saham China hingga hari ini masih belum dibuka. Pekan ini merupakan Golden Week atau libur panjang di China, memperingati serangkaian Hari Nasional China.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung terkoreksi pada hari ini terjadi di tengah merosotnya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin.

Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,15% ke posisi 29.926,94, S&P 500 merosot 1,02% ke 3.744,52, dan Nasdaq Composite melemah 0,68% menjadi 11.073,31.

"Pasar saham kembali berjuang karena pasar menanti data penggajian AS yang sangat dinanti-nanti ... dan karena komentar dari pejabat The Fed yang mempertahankan getaran lebih dibutuhkan," kata seorang analis ANZ Research dalam laporan riset hariannya, dikutip dari CNBC International.

Dari pasar obligasi, yield US Treasury tenor 10 tahun kembali naik dan menyentuh 3,8%, sedangkan yield Treasury tenor 2 tahun yang lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga naik hingga 4,2%.

Investor global masih menantikan rilis data di AS pada hari ini, terutama data yang akan menunjukkan bagaimana situasi pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam pada September 2022, memberi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) informasi lain tentang kampanye kenaikan suku bunganya.

Konsensus analis Dow Jones memprediksikan bahwa data tenaga kerja di sektor non-pertanian (NFP) akan bertambah 275.000 pekerjaan dan angka pengangguran akan tetap di 3,7%.

Namun, jika NFP bertambah, maka akan menambah kekhawatiran akan The Fed yang kian agresif di pertemuan selanjutnya untuk meredam inflasi.

"Sekali lagi, investor mencari kabar buruk untuk menjadi kabar baik, bahkan jika laporan September lebih rendah dari yang diharapkan, pertumbuhan upah kemungkinan akan bertahan dan tidak membuat Fed agresif," tutur Chris Senyek, analis di Wolfe Research, dilansir dari CNBC International.

"Sementara saham saat ini rentan terhadap kenaikan besar, kami sangat percaya bahwa basis bearish jangka menengah tetap ada," tambahnya.

Selain data NFP, investor juga akan menanti rilis angka pengangguran AS per September 2022. Rilis data ekonomi tersebut akan menjadi salah satu data masukkan untuk The Fed sebelum memutuskan kebijakan moneter selanjutnya.

Konsensus analis Trading Economics memprediksikan angka pengangguran masih akan bertahan pada 3,7%, posisi yang sama pada bulan sebelumnya.

Sebagai informasi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka pengangguran pada Agustus 2022 berada di 3,7%, naik dari bulan Juli 2022 di 3,5% dan menjadi posisi tertinggi sejak Februari 2022. Jumlah pengangguran meningkat 344.000 orang menjadi 6 juta orang, sedangkan tingkat penyerapan tenaga kerja juga naik 442.000 pekerjaan.

Jika angka pengangguran stagnan, kemungkinan dampak terhadap pergerakan bursa saham tidak terlalu signifikan. Namun, jika angka pengangguran turun, maka akan menjadi sentimen negatif. Meskipun, hal tersebut merupakan berita baik.

Pada situasi saat ini, berita baik pada data ekonomi AS akan menjadi berita buruk karena mencerminkan bahwa pasar tenaga masih ketat, sehingga meningkatkan potensi The Fed untuk kembali agresif untuk meredam inflasi hingga mencapai targetnya di 2%.

Dari kabar korporasi di Asia-Pasifik, saham pembuat chip Korea Selatan, Samsung Electronics mengumumkan penurunan laba operasinya hingga 31,7% pada kuartal III-2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini karena melambatnya permintaan semikonduktor.

Laba operasional turun menjadi 10,8 triliun won Korea (US$ 7,65 miliar), dari sebelumnya sebesar 15,8 triliun won pada kuartal III-2021. Hal ini menjadi penurunan pertama dalam laba kuartalan sejak kuartal keempat 2019.

Namun, penjualan masih naik menjadi 77 triliun won Korea pada kuartal III-2022, dari sebelumnya sebesar 73,98 triliun won pada periode yang sama tahun lalu. Saham Samsung Electronics pun ambles 1,95% setelah dirilisnya kinerja keuangan pada kuartal III-2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular