Duh! BBM Bakal Tetap Mahal, Minyak Dunia Diramal ke US$ 110
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia mencatatkan kenaikan selama empat hari beruntun didorong oleh pemotongan produksi oleh OPEC+.
Pada Kamis (6/10/2022) harga minyak Brent tercatat US$94,42 per barel, naik 1,12% dibandingkan harga penutupan kemarin. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik 0,79% ke US$88,45 per barel.
Harga minyak mentah dunia dalam sepekan telah naik hingga 11,52% didukung oleh kekhawatiran para pelaku pasar akan pasokan yang ketat setelah OPEC+ sepakat memotong produksi hingga 2 juta barel per hari (bph). Ini merupakan pemotongan terbear sejak pandemi Covid-19 pada 2020.
Goldman Sachs pun menaikkan perkiraan harga minyaknya untuk tahun ini dan 2023, pengurangan produksi yang disepakati oleh produsen OPEC+ menjadikan harga minyak "sangat bullish" untuk ke depan.
Jika pengurangan terbaru dalam output oleh OPEC+ dipertahankan hingga Desember 2023, itu akan membuat harga minyak naik US$25 per barel dari perkiraan Brent mereka, dengan potensi lonjakan harga yang lebih tinggi jika persediaan benar-benar habis, menurut Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga Brent 2022 menjadi US$104 per barel dari US$99 per barel dan perkiraan 2023 menjadi US$110 per barel dari $ US108 per barel.
Bank asal Amerika Serikat tersebut juga menaikkan perkiraan harga Brent kuartal keempat 2022 dan kuartal pertama 2023 masing-masing sebesar US$10 per barel menjadi US$110 dan US$115 per barel. Tingginya proyeksi harga minyak mentah tersebut tentunya akan membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri, khususnya non-subsidi tetap mahal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)