
Mantap! Rupiah Sukses Cetak Hat-trick Lawan Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berbalik menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (6/10/2022). Meski pengutannya tipis saja, tetapi rupiah sukses mencatat hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun.
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 15.190/US$, setelahnya berbalik melemah tipis ke Rp 15.202/US$.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 15.185/US$, menguat tipis 0,03% saja di pasar spot.
Tipisnya pergerakan rupiah menunjukkan pasar masih belum menentukan arah. Salah satu penggerak pasar hari ini yakni kartel Negara Pengekspor Minyak Mentah (OPEC) begitu juga Rusia dan beberapa lainnya yang disebut OPEC+kemarin memangkas tingkat produksinya, sebesar 2 juta barel per hari mulai bulan November.
Langkah OPEC+ tersebut mendapat kritik dari banyak pihak, termasuk dari Amerika Serikat (AS).
"Dalam bahasa mereka sendiri, misi OPEC untuk memastikan harga yang tepat bagi konsumen dan produsen. Keputusan mereka mengurangi tingkat produksi dalam kondisi ekonomi saat ini menunjukkan kebijakan yang berlawanan dengan misi tersebut," kata Stephen Brennock, analis senior di PVM Oil Associates di London, sebagaimana dikutip CNBC International, Rabu (4/10/2022).
Brennock bahkan mengatakan OPEC+ bertindak egois dan lebih mementingkan duit, padahal banyak negara saat ini menghadapi masalah akibat tingginya inflasi.
"Supply yang sudah ketat, dan kini malah semakin dikurangi akan langsung memukul konsumen. Itu adalah langkah yang egois dan hanya bertujuan untuk mendapatkan profit. Pendek kata, OPEC+ memprioritaskan harga di atas stabilitas dalam kondisi yang penuh ketidakpastian di pasar minyak mentah," tambahnya.
Pemangkasan tersebut membuat harga minyak mentah kembali menanjak. Sehingga ada risiko inflasi tetap tinggi dalam waktu yang lama. Sentimen pelaku pasar memburuk, dan dolar AS sebagai safe haven kembali diuntungkan.
Di sisi lain, keperkasaan dolar AS belakangan ini juga mulai luntur. Rilis data tenaga kerja versi ADP tidak mampu membuat dolar AS kembali melesat.
Pasar tenaga kerja AS masih menunjukkan kekuatannya pada September lalu, dengan perusahaan swasta menambahkan lebih banyak pekerjaan dari yang diharapkan. Artinya tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) secara total. Pasar tenaga kerja yang kuat membuat kabar resesi Amerika Serikat semakin abu-abu.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi AS di kuartal II-2022 mengalami kontraksi 0,6%. Di kuartal sebelumnya, kontraksi juga terjadi sebesar 1,6%. Kontraksi produk domestik bruto (PDB) dalam dua kuartal beruntun tersebut dikategorikan sebagai resesi. Tetapi, nyatanya pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat.
Data dari Automatic Data Processing, Inc. (ADP) melaporkan ada sekitar 208.000 pekerjaan yang bertambah pada bulan lalu, naik dari Agustus lalu yang sebesar 185.000 pekerjaan. Angka ini juga lebih besar dari perkiraan pasar dalam polling Dow Jones sebesar 200.000 pekerjaan.
Dolar AS yang tidak mampu menguat merespon data tersebut, bisa jadi pelaku pasar menanti rilis data tenaga kerja versi pemerintah pada Jumat besok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
