Apes! RI Ketiban Durian Runtuh, Eh yang Kaya Raya Negara Lain

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
06 October 2022 12:30
Infografis/ Deretan ‘Harta Karun’ RI Bikin Kaya raya, Ada Peringkat 1 Dunia/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Deretan ‘Harta Karun’ RI Bikin Kaya raya, Ada Peringkat 1 Dunia/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Tak bisa dipungkiri, Indonesia menerima 'durian runtuh' saat dunia merintih kesakitan akibat perang Rusia dan Ukraina. Tapi sayangnya 'durian' tersebut tidak dinikmati oleh masyarakat sendiri, melainkan negara lain.

Durian yang dimaksud tersebut adalah harga komoditas yang melambung tinggi, khususnya setahun terakhir. Sebut saja batu bara, minyak dan gas. nikel. bauksit, hingga minyak kelapa sawit.

"Neraca perdagangan kita surplusnya tercatat, tapi duitnya gak di sini," ungkap Chatib Basri, Ekonom Senior saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Kamis (6/10/2022)

"Kenapa saya bilang begini, lihat di foreign reserve, surplus gede tapi masa foreign reserve-nya stagnan," tegasnya.

Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 kembali mencatat surplus, yakni 5,76 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 4,22 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2022 secara keseluruhan mencatat surplus 34,92 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 20,71 miliar dolar AS.

Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa per Agustus 2022 di kisaran US$132,2 miliar, mampu membiayai 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Dibandingkan dengan posisi awal tahun, cadangan devisa Indonesia justru turun. Januari 2022 cadangan devisa sebesar US$141,34.

Data lain yang cukup mengkhawatirkan adalah pasokan valas di perbankan. Perbankan mencatat pertumbuhan kredit valas tumbuh lebih tinggi mencapai 15,3% dibandingkan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) valas yang hanya 6,9%.

"Mungkin karena sistem DHE-nya begitu ekspor catatin di sini dan taruh luar lagi karena risiko exchange rate," jelasnya.

Di samping itu, bunga valas yang ditawarkan perbankan dalam negeri cenderung rendah dibandingkan negara lain. Bunga valas perbankan dalam negeri 0,20%, sementara Singapura saja sampai 3,5%.

Mengacu pada data Refinitiv, nilai tukar rupiah berada dalam tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Meskipun kemarin sempat menguat, dolar AS kini masih bertengger di level Rp 15.200.

Hal yang senada diungkapkan oleh Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto. Potensi penguatan rupiah lebih besar ketika valas ditempatkan di dalam negeri.

"Soal DHE kliatannya memang butuh progress untuk sepenuhnya masuk ke tanah air," jelas Myrdal.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular