Wall Street Loyo, Bursa Asia Dibuka Beragam

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Kamis, 06/10/2022 08:58 WIB
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Kamis (6/10/2022), setelah reli dua hari bursa saham Amerika Serikat (AS) gagal berlanjut di perdagangan kemarin.

Indeks Nikkei Jepang dibuka naik tipis 0,06%, Straits Times Singapura menguat 0,33%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,69%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,5% dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,24%.


Sementara untuk pasar saham China hingga hari ini masih belum dibuka. Pekan ini merupakan Golden Week atau libur panjang di China, memperingati serangkaian Hari Nasional China.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi pada hari ini terjadi di tengah melemahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Rabu kemarin, setelah dua hari sebelumnya melesat tinggi.

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,14% ke posisi 30.273,87, S&P 500 terkoreksi 0,2% ke 3.783,28, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,25% menjadi 11.148,64.

"Ini adalah momen jeda bagi pasar untuk merenungkan seberapa tahan reli dalam dua hari terakhir sebenarnya bisa berubah," tutur Kepala Strategi Investasi BMO Wealth Management Yung-Yu Ma dikutip CNBC International.

Pada Rabu kemarin, imbal hasil (yield) obligasi (Treasury) tenor 10 tahun naik tajam ke 3,77% setelah sempat turun di bawah 3,6% pada hari sebelumnya. Hal tersebut kembali menekan pasar ekuitas.

"Ada pesisme di pasar yang mampu menguat cukup kuat selama beberapa bulan. Saat ini juga ada harapan bahwa musim rilis kinerja keuangan dapat menstabilkan pasar dan mungkin datang untuk menyelamatkan lagi, seperti yang terjadi pada kuartal kemarin," tutur Ma.

Selain itu, bursa saham Wall Street terbebani oleh laporan tenaga kerja nasional ADP yang mengukur perubahan tenaga kerja sektor swasta non-pertanian, yang bertambah 208.000 pekerjaan pada September 2022. Angka tersebut melampaui ekspektasi analis Dow Jones di 200.000 pekerjaan.

Investor global juga masih akan menantikan rilis laporan upah non-pertanian pada Jumat besok.

Di lain sisi, kabar dari organisasi negara produsen minyak mentah dunia (OPEC+) juga turut membebani pasar, meski hal ini juga ada baiknya.

OPEC+ menyetujui untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barel per hari dari target produksinya pada Agustus 2022 yang akan dimulai pada November 2022.

Hal tersebut menjadi pengurangan produksi tertajam sejak 2020. Langkah ini tentunya akan membatasi pasokan minyak mentah di pasar yang memang sudah ketat.

Produksi yang lebih sedikit tersebut diprediksikan akan memulihkan harga minyak mentah dunia yang sempat drop ke US$ 90 dari US$ 120 pada tiga bulan yang lalu.

Langkah tersebut mencerminkan keinginan negara-negara penghasil minyak mentah untuk membendung penurunan harga global baru-baru ini, dengan membatasi pasokan minyak mentah sehingga harga akan tetap tinggi.

Setelahnya, harga minyak mentah jenis Brent naik 1,7% ke US$ 93,37 per barel dan menjadi posisi tertinggi sejak 15 September 2022. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) melesat 1,4% ke US$ 87,76 per barel dibandingkan dengan harga di perdagangan sebelumnya.

"Misi OPEC adalah memastikan lingkungan penetapan harga yang memadai bagi konsumen dan produsen. Namun, keputusan untuk mengurangi produksi saat ini bertentangan dengan tujuan tersebut," tutur Analis PVM Oil Associates London Stephen Brennock dikutip CNBC International.

"Menekan lebih lanjut persediaan yang sudah ketat akan menjadi tamparan bagi konsumen. Langkah yang dimotivasi secara egois ditujukan murni untuk menguntungkan produsen," tambahnya.

Rohan Reddy, Direktur Penelitian Global X ETFs memprediksikan bahwa keputusan negara OPEC tersebut dapat membuat harga minyak mentah reli kembali ke kisaran US$ 100 per barel, dengan asumsi tidak ada serangan besar Covid secara global dan The Fed tidak menjadi hawkish secara tidak terduga.

"Akibat keputusan tersebut, volatilitas kemungkinan akan kembali ke pasar, meskipun ada kekhawatiran tentang ketahanan ekonomi global, pasar minyak yang ketat akan menjadi penopang harga pada kuartal IV-2022," tutur Reddy.

Ditambah, persediaan minyak mentah AS menurut Administrasi Informasi Energi turun 1,4 juta barel menjadi 429,2 juta barel. Sementara pasokan bensin juga turun 4,7 juta barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel