Jumlah Lowongan Kerja di AS Anjlok, Terparah Sejak 2,5 Tahun

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga di tengah permintaan konsumen yang menyusut akibat inflasi mulai berdampak pada pasar tenaga kerja di Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan mulai berpikir ulang untuk membuka lowongan kerja atau loker baru, meskipun jumlah karyawan yang berhenti dan pemutusan hubungan kerja juga naik.
Ini terungkap oleh rilis data US job openings yang anjlok parah, terendah hampir dalam dua setengah tahun di Agustus. Terminologi Jobs opening adalah posisi pekerjaan kosong di suatu perusahaan yang perlu diisi. Syaratnya, loker tersebut tersedia, pekerjaan dapat dimulai dalam 30 hari ke depan, dan perusahaan aktif melakukan perekrutan.
US Job openings drop 1.1 juta menjadi 10.1 juta pada hari terakhir bulan Agustus, terendah sejak pertengahan 2021. Jumlah penurunan pada bulan Agustus juga tercatat paling besar terhitung sejak April 2020, saat perekonomian AS mulai terdampak oleh gelombang pertama pandemi COVID-19.
Penurunan loker terbanyak terjadi pada sektor kesehatan, dan pendampingan sosial sebesar 236,000.Penurunan kesempatan kerja juga dilaporkan terjadi di bidang aktifitas keuangab dan profesional seperti di pariwisata.
Bank sentral AS (the Federal Reserve/Fed) memang sedang berupanya menurunkan permintaan di pasar lapangan kerja dan seluruh sektor ekonomi lainnya sebagai cara untuk menurunkan inflasi sesuai target 2%. Fed telah menaikkan suku bunga acuan sejak Maret dari level nyaris nol ke level saat ini 3.00-3.25%, dan memberi sinyal akan ada kenaikan yang lebih tinggi lagi tahun ini.
Penurunan angka loker di AS rupanya juga diiringi kenaikan tingkat pengangguran menjadi 3,7% di Agustus dari 3.5% di Juli. Tingkat jobs-workers gapjuga turun ke 2.5% dari angkatan kerja, dari 3.4% pada Juli, yang mana bisa menurunkan tekanan inflasi pada upah. Posisinya terus turun dari 3.6% pada Maret.
Jobs-workers gapatau jobs gap adalah jumlah pekerjaan yang perlu ada untuk bisa mengembalikan tingkat pengangguran kembali ke level sebelum resesi.
"Fed akan menyambut baik penurunan permintaan tenaga kerja ini, dengan harapan dapat mengurangi tekanan upah," ujar Conrad DeQuadros, penasihat ekonomi senior di Brean Capital di New York, seperti dikutip Reuters (4/10/2020).
"Namun, rasio jobs opening terhadap pengangguran pada Agustus berada di tentang tingkat yang sama seperti yang terlihat pada kuartal keempat tahun 2021, yang pada saat itu merupakan rekor tertinggi."Â katanya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(mum/mum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Kontraksi tapi Loker Melimpah Ruah, AS Resesi Palsu?
