Sempat Diburu Investor, Yield SBN Ditutup Bervariasi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
04 October 2022 21:42
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan Selasa (4/10/2022), di tengah hadirnya sentimen positif penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sikap investor di SBN cenderung bervariasi pada hari ini, di mana pada SBN berjangka menengah diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Sedangkan untuk SBN berjangka pendek dan panjang dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 1 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya yakni melonjak 12,5 basis poin (bp) ke posisi 5,712%.

Sedangkan untuk SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni melandai 6,7 bp menjadi 7,291%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sejak siang hari ini, minat beli sudah terjadi di SBN tenor 10 dan 20 tahun. Hal ini ditopang oleh sentimen dari penguatan nilai tukar rupiah yang tidak hanya menang melawan dolar AS, tetapi juga Singapura dan Australia.

Sentimen pelaku pasar yang mulai membaik membuat rupiah bertenaga.

Bursa saham AS (Wall Street) menguat tajam pada perdagangan Senin waktu setempat, menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang mulai membaik. Indeks S&P 500, Dow Jones dan Nasdaq kompak melesat lebih dari 2% pada perdagangan Senin waktu setempat.

Pulihnya bursa Wall Street terjadi setelah yield obligasi (Treasury) tenor 10 tahun yang terus menurun dan diperdagangkan sekitar 3,65%, setelah sempat menyentuh rekor tertingginya hingga 4% pekan lalu.

Pada pagi hari ini di AS, yield Treasury tenor 10 tahun kembali menurun, di mana yield Treasury tersebut sudah berada di level 3,583%, turun 6,8 bp dari perdagangan sehari sebelumnya.

Bursa Asia pun menyusul cerah bergairah pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga sempat menguat lebih dari 1%.

Selain itu kabar baik datang dari dalam negeri kemarin, di mana S&P Global melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang dilihat dari purchasing manager's index (PMI) mengalami peningkatan signifikan menjadi 53,7 September lalu, dari bulan sebelumnya 51,7.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atasnya adalah ekspansi, di bawahnya berarti kontraksi.

Sektor manufaktur Indonesia kini sudah berekspansi dalam 13 bulan beruntun, dan menjadi kabar baik saat negara-negara lain terutama di Barat menghadapi isu resesi.

"Survei terbaru konsisten dengan perkembangan terkuat kesehatan sektor manufaktur Indonesia sejak Januari. Kondisi demand yang kuat membantu membawa pesanan baru ke level tertinggi dalam hampir satu tahun terakhir," kata Laura Denman, ekonom di S&P Global Market Intelligence.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular