Joss, Rupiah Terbaik Kedua Di Asia, Gas Terus!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Selasa (04/10/2022), seiring dengan pelemahan dolar AS di pasar spot.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,2% ke Rp 15.270/US$. Kemudian, rupiah kembali melanjutkan penguatannya sebesar 02,6% ke Rp 15.265/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Indeks dolar AS pada pukul 11:00 WIB terpantau melemah 0,16% ke posisi 111,56 setelah sebelumnya sempat terkoreksi cukup dalam sebesar 0,41% pada perdagangan awal kuartal IV-2022, Senin (3/10) dan berakhir ke 111,65.
Dari Negeri Star and Stripes, aktivitas manufaktur AS pada September 2022 tercatat tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir 2,5 tahun karena pesanan baru terkontraksi, di tengah kenaikan suku bunga yang agresif dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menjinakkan inflasi.
Survei Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan PMI Manufaktur AS pada September 2022 turun menjadi 50,9 dari 52,8 pada bulan sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak Mei 2020. Sebagai informasi, sektor manufaktur AS berkontribusi sebanyak 11,9% pada pertumbuhan ekonomi AS (PDB).
Ketua Komite ISM Timothy Fiore mengatakan bahwa perusahaan saat ini sedang mengelola jumlah karyawan melalui pembekuan perekrutan dan penguatan ke level yang lebih rendah sebagai antisipasi pada permintaan jangka menengah dan panjang yang tidak pasti.
Namun, analis menilai hal tersebut menjadi kabar baik karena dapat menunjukkan bahwa ekonomi sudah mulai mendingin karena permintaan akan barang menurun. Sehingga, tekanan terhadap Fed menjadi tidak terlalu besar, maka harapannya akan turut mengurangi keagresifan The Fed ke depannya.
"Dalam banyak hal, ini adalah pendinginan ekonomi yang ingin dilihat Fed. Namun, itu juga bisa mencerminkan pergeseran konsumen dari barang ke jasa," tutur Ekonom Senior FHN Financial New York Will Compernolle dikutip Reuters.
Senada, Presiden Fed New York John Wiliams pada Senin (3/10) menyatakan bahwa ada tanda-tanda baru dari pendinginan inflasi. Namun, hal tersebut tidak membuat pekerjaan Fed selesai untuk meredam inflasi.
"Kebijakan moneter yang lebih ketat telah mulai mendinginkan permintaan dan mengurangi tekanan inflasi, tetapi tugas kami belum selesai," tuturnya.
"Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dan pengangguran yang lebih tinggi sangat mungkin menjadi efek samping dari misi memerangi inflasi. Kegiatan ekonomi kemungkinan akan mendekati datar tahun ini, dengan hanya pertumbuhan moderat tahun depan dan tingkat pengangguran kemungkinan akan naik menjadi 4,5% pada 2023," tambahnya.
Dalam sambutannya, Williams mengakui bahwa beberapa kategori inflasi, seperti harga komoditas, sudah mulai mendingin. Tapi itu tidak cukup. Permintaan barang tetap sangat tinggi dan permintaan pasar tenaga kerja dan jasa melebihi pasokan yang tersedia. Hal tersebut menghasilkan inflasi berbasis luas, yang akan membutuhkan waktu lebih lama untuk diturunkan.
Wiliams memprediksikan angka inflasi akan turun menjadi 3% pada tahun depan.
Investor global tampaknya perlu mencermati rilis data lowongan pekerjaan di AS per Agustus 2022 yang dijadwalkan akan dirilis pukul 21:00 WIB. Guna mengetahui situasi pasar tenaga kerja yang biasanya menjadi data pertimbangan pejabat Fed sebelum memutuskan kebijakan moneternya.
Sebaliknya, justru aktivitas manufaktur Indonesia pada September 2020 kembali ekspansif dalam tiga belas beruntun. Selain itu, IHS Markit mencatat ini adalah tingkat ekspansi yang tercepat dalam delapan bulan dan paling solid secara keseluruhan.
Pada Senin (3/10), rilis data ekonomi PMI Manufaktur September 2022 mencapai 53,7, naik dari 51,7 pada bulan sebelumnya.
Laura Denman, Ekonom di S&P Global Market Intelligence, mengungkapkan data survei terbaru konsisten dengan peningkatan kesehatan manufaktur Indonesiasejak Januari lalu.
"Kondisi permintaan yang lebih kuat membantu untuk mendorong peningkatan pesanan baru yang paling tajam dalam hampir setahun ini," kata Laura, dikutip CNBC Indonesia, Senin (3/10/2022).
Laura menambahkan peningkatan permintaan juga memengaruhi aktivitas pembelian, yang meningkat pada kecepatan paling tajam dalam delapan bulan.
Perbaikan permintaan juga mendorong peningkatan yang lebih kuat dalam produksi, serta lapangan pekerjaan. Di sisi lain, IHS Markit melihat adanya pelunakan dari tekanan inflasi.
Meskipun perusahaan manufaktur Indonesia umumnya yakin bahwaoutputakan meningkat selama tahun depan, IHS Markit tetap melihat tingkat sentimen positif turun ke terendah tiga bulan dan tetap di bawah tren sejarah.
Kembali melemahnya indeks dolar AS di pasar spot, menjadi momen yang pas untuk penguatan mayoritas mata uang di Asia.
Bahkan, baht Thailand berhasil menjadi juara 1 di Asia, karena menguat tajam sebesar 0,34% terhadap dolar AS. Disusul oleh rupiah dan yuan China terapresiasi 0,23% dan 0,09%.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Tunggu Kejutan dari BI, Rupiah Melemah Lagi
(aaf/aaf)