Inflasi Nyaris Sentuh 6%, IHSG Merana Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 03/10/2022 15:49 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup melemah pada perdagangan Senin (3/10/2022), setelah dirilisnya inflasi RI pada periode September 2022 yang melonjak dan mencapai angka tertinggi sejak Desember 2014.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,44% ke posisi 7.009,72. Hanya tinggal sedikit lagi IHSG menyentuh ke bawah level psikologisnya di 7.000.

Pada awal perdagangan sesi I, IHSG dibuka melemah 0,34% di posisi 7.017. Menjelang pukul 10:00 WIB, IHSG sempat menyentuh zona hijau tipis. Tetapi, hal tersebut tak berlangsung lama dan pada akhirnya IHSG kembali terkoreksi.


Hingga perdagangan sesi kedua, IHSG tak kunjung kembali ke zona hijau dan pada akhirnya berakhir kembali di zona merah.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 11 triliun dengan melibatkan 20 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 252 saham menguat, 281 saham melemah dan 171 lainnya mendatar

Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali menjadi pemberat terbesar indeks pada hari ini, di mana saham GOTO memberatkan indeks hingga 13,238 poin. Saham GOTO ditutup ambles 3,25% ke posisi Rp 238/saham.

Sedangkan di posisi kedua dan ketiga, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga memberatkan indeks masing-masing 7,06 poin dan 4,18 poin. Saham BMRI ditutup ambrol 1,59% ke Rp 9.275/saham dan saham BBCA melemah 0,58% menjadi Rp 8.500/saham.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi September menembus 1,17% secara bulanan (month-to-month/mtm), tertinggi sejak Desember 2014. Lonjakan inflasi pada September memperpanjang tren historis nya yakni inflasi akan menukik setiap kali ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.

Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi pada September 2022 menembus 5,95%.

"Inflasi ini tertinggi sejak Desember 2014," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (3/10/2022).

Angka inflasi ini lebih tinggi dari polling CNBC Indonesia dari 14 lembaga keuangan menilai, angka inflasi akan melesat rata-rata 1,2% poin persentase (mtm). Hasil polling juga memperkirakan bahwa angka inflasi (yoy) akan berada di 5,98%.

Inflasi tinggi pada September juga sesuai dengan perkembangan inflasi di era Presiden Joko Widodo atau Jokowi Sejak menjabat presiden pada Oktober 2014 hingga Agustus 2022, inflasi Indonesia hanya dua kali melewati 1% yakni pada 1,50% (mtm) pada November 2014 dan 2,46% (mtm) pada Desember 2014.

Meski begitu, aktivitas manufaktur dalam negeri terpantau membaik, dilihat dari indeks PMI manufaktur yang terpantau naik 2 poin menjadi 53,7, sehingga dalam 13 bulan terakhir aktivitas manufaktur konsisten ekspansif.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atasnya adalah ekspansi, di bawahnya berarti kontraksi.

Sektor manufaktur Indonesia kini sudah berekspansi dalam 13 bulan beruntun, dan menjadi kabar baik saat negara-negara lain terutama di Barat menghadapi isu resesi.

"Survei terbaru konsisten dengan perkembangan terkuat kesehatan sektor manufaktur Indonesia sejak Januari. Kondisi demand yang kuat membantu membawa pesanan baru ke level tertinggi dalam hampir satu tahun terakhir," kata Laura Denman, ekonom di S&P Global Market Intelligence.

IHSG juga cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), yang kembali terkoreksi pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,71%, S&P 500 ambrol 1,51%, dan Nasdaq Composite juga tergelincir 1,51%.

Terkoreksinya bursa Wall Street dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi resesi setelah mayoritas bank sentral dunia mengetatkan kebijakan moneternya dengan kompak menaikkan suku bunga acuan untuk meredam tsunami inflasi yang melanda di berbagai negara di dunia.

Padahal, perekonomian AS secara teknis sudah memasuki zona resesi. Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis pekan lalu, ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II/2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.

Kekhawatiran semakin nyata dengan hasil survei yang dilakukan Reuters, Sebanyak 59 dari 83 ekonom yang disurvei memperkirakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) pada November.

Selanjutnya di Desember, The Fed diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 50 bp menjadi 4,25% - 4,5%. Ini akan menambah 'penderitaan' ekonomi yang lebih besar.

Inflasi masih menjadi momok mengerikan hampir di seluruh negara di dunia. Situasi ini yang bahkan diperkirakan bakal menyeret dunia ke jurang resesi tahun depan.

Inflasi negara berkembang saat ini rata-rata sudah di atas 10%. Sedang inflasi negara maju sudah melebihi 8%. Padahal, inflasi di kawasan ini sebelumnya masih sekitar 0%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas