Kabar Buruk Bagi IHSG, Bursa Asia Berguguran!

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 October 2022 08:57
People walk by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Monday, Dec. 2, 2019. Asian stock markets have risen after Chinese factory activity improved ahead of a possible U.S. tariff hike on Chinese imports. Benchmarks in Shanghai, Tokyo and Hong Kong advanced. (AP Photo/Koji Sasahara) Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Senin (3/10/2022), di tengah masih tingginya volatilitas di pasar saham global.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,61%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,8%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,33%, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,65%.

Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Yayasan Nasional atau Gaecheonjeol.

Adapun untuk pekan ini, pasar keuangan di China termasuk perdagangan di bursa saham Shanghai dan Shenzhen libur selama sepekan dan tidak ada perilisan data ekonomi maupun agenda pasar lainnya karena sedang libur nasional.

Dari Jepang, sentimen produsen besar Jepang memburuk di kuartal ketiga tahun 2022, menurut survei sentimen bisnis tankan triwulanan terbaru bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Indeks utama untuk sentimen produsen besar berada di angka 8, turun dari pembacaan kuartal sebelumnya di angka 9. Angka ini juga lebih rendah dari prediksi ekonom dalam polling Reuters yang memperkirakan indeks sentimen produsen Jepang berada di angka 11.

"Ekspektasi kami adalah untuk pembacaan manufaktur bulan ini cenderung meningkat karena kondisi pasokan telah membaik, Anda telah melihat dampak pasokan yang memudar dari kebijakan nol-Covid di China, harga komoditas turun sedikit," kata Stefan Angrick, ekonom senior di Moody's Analytics, dikutip dari CNBC International.

"Fakta bahwa sisi manufaktur ekonomi tidak berjalan dengan baik tentu saja tidak bagus untuk prospeknya," tambahnya.

Tetapi, indeks non-manufaktur naik sedikit, yang bisa berarti pemulihan Covid Jepang yang terlambat sedang berlangsung.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung terkoreksi hari ini terjadi di tengah lesunya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, karena terus dibayangi oleh kenaikan inflasi, kenaikan suku bunga dan isu resesi global.

Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,71% ke posisi 28.725,51, S&P 500 ambrol 1,51% ke 3.585,62, dan Nasdaq Composite tergelincir 1,51% menjadi 10.575,62.

"Ini adalah lingkungan yang sulit untuk ekuitas dan fixed income, sesuatu yang kami harapkan mengingat pandangan kami tentang Fed mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama dan pasar mulai melihat pandangan itu," tutur Manajemen Portfolio Horizon Investments, Zachary Hill, dilansir dari CNBC International.

Terkoreksinya lagi bursa Wall street dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap potensi resesi setelah mayoritas bank sentral dunia mengetatkan kebijakan moneternya dengan kompak menaikkan suku bunga acuan untuk meredam 'tsunami' inflasi yang melanda di berbagai negara di dunia.

Padahal, perekonomian AS secara teknis sudah memasuki zona resesi. Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis pekan lalu, ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II-2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.

Data tersebut mengonfirmasi bahwa AS telah memasuki resesi secara teknis menyusul kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.

Namun, tampaknya hal tersebut tidak menghentikan komitmen The Fed untuk membawa turun inflasi ke targetnya di 2%. Bahkan, analis memprediksikan bahwa The Fed akan kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun ini.

"The Fed tidak akan memperlambat laju kenaikan suku bunga mereka dengan 75 basis poin pada November dan 50 basis poin lebih banyak pada Desember," kata Christopher Rupkey, Kepala Ekonom di FWDBONDS New York, sebagaimana diwartakan oleh CNBC International.

Sementara itu, Wakil Ketua The Fed, Lael Brainard pada Jumat lalu menggaris bawahi perlunya menurunkan inflasi dan mengatakan bahwa The Fed berkomitmen untuk menghindari penurunan suku bunga acuannya sebelum waktunya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Kabar Baik Buat IHSG, Wall Street Cerah, Bursa Asia Meroket!


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading