
Hijau IHSG Cuma Sebentar, Turun 0,1% di Sesi I Siang Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di melemah tipis pada penutupan perdagangan sesi I Kamis (29/9/2022). Investor masih khawatir dengan potensi melambatnya ekonomi global.
IHSG sejatinya sempat dibuka menguat 0,28% di posisi 7.096,55 pagi tadi. Namun, sekitar satu jam berselang, IHSG kembali terkoreksi hingga ditutup di zona merah dengan penurunan 0,1% atau 7,16 poin, ke 7.069,87 pada penutupan perdagangan pukul 11:30 WIB.
Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,43 triliun dengan melibatkan lebih dari 15 miliar saham yang berpindah tangan 788 kali. Statistik perdagangan mencatat ada 340 saham yang melemah dan 177 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 155 saham stagnan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 394,8 miliar. Sedangkan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 382 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 237,5 miliar.
Tadi pagi, indeks sempat rebound sejalan dengan pergerakan mayoritas indeks saham Asia. Namun sepertinya sentimen negatif dari kondisi ekonomi global masih mewarnai kondisi pasar hari ini.
Sementara itu, kabar baik datang dari Wall Street. Ketiga indeks saham acuannya mengalami kenaikan signifikan. Indeks Dow Jones naik 1,88% dan indeks S&P 500 menguat 1,97%.
Indeks Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan apresiasi sebesar 2,05%. Senada dengan saham, harga obligasi pemerintah AS juga meningkat tercermin dari imbal hasilnya yang menurun.
Imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun menurun lebih dari 20 basis poin (bps) setelah sebelumnya menyentuh 4%. Semalam yield US Treasury 10 tahun turun ke 3,7%.
Penurunan yield tersebut terjadi setelah bank sentral Inggris memutuskan untuk mengambil langkah stabilisasi atas pelemahan nilai tukar poundsterling.
Asal tahu saja, poundsterling terus melemah terhadap dolar AS. Bahkan secara year to date poundsterling sudah drop 19%. Bahkan poundsterling sudah hampir dihargai GBP 1/US$.
Ada kekhawatiran bahwa investor belum memperhitungkan perlambatan pendapatan dan dampak dari kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
"Kasus utama kami adalah pendaratan yang sulit pada akhir 2023," kata investor ASDruckenmiller di KTT Investor Alpha Delivering CNBC di New York City, Rabu dikutip dari CNBC International.
The Fed telah secara agresif menaikkan suku bunga sebesar 300 basis poin sepanjang tahun ini dan melihat siklus kenaikan suku bunganya berakhir pada 2023 pada 4,50%-4,75% karena berjuang untuk memadamkan serangan inflasi tertinggi sejak 1980-an.
Analis memperkirakan kisaran target akan mencapai 4,75%-5,00% pada kuartal pertama 2023, termasuk kenaikan 75 bps pada pertemuan 2 November dan kenaikan 50 bps pada pertemuan kebijakan 14 Desember.
Sementara dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan Indonesia tidak akan jatuh ke jurang resesi. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III - 2022 bahkan akan lebih tinggi dari dua kuartal sebelumnya.
"Perkiraan saya ekonomi tumbuh di kuartal III 5,4 - 6%," ungkap Jokowi dalam acara UOB Economic Outlook, Kamis (29/9/2022).
Ini didorong oleh beberapa realisasi indikator perekonomian yang menggembirakan beberapa waktu terakhir. Antara lain indeks keyakinan konsumen yang menunjukkan optimisme. Perbankan juga menyalurkan kredit dengan pesan, yaitu 10,7% yang menggambarkan perekonomian menggeliat.
Ekspor bahkan luar biasa dengan realisasi tertinggi sepanjang sejarah dan mendorong neraca dagang surplus US$ 5,7 miliar. Kendati demikian, sentimen eksternal masih lebih dominan sehingga pernyataan ini belum bisa memberi 'obat kuat' bagi indeks acuan Tanah Air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum) Next Article IHSG Sesi I Hari Ini Turun Tipis, 268 Saham Merah
