Rupiah Ngegas Jadi Juara 1 di Asia! Nggak Jadi Krisis?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
29 September 2022 11:38
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (29/9/2022). Padahal, indeks dolar AS sedang menguat di pasar spot.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,39% ke Rp 15.200/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi hanya 0,16% ke Rp 15.235/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Penguatan Mata Uang Garuda terjadi di tengah dolar AS yang juga menguat di pasar spot. Indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, menguat 0,58% ke posisi 113,25 pada pukul 11:00 WIB. Meski begitu, indeks dolar AS kian menjauh dari rekor tertinggi dua dekadenya di posisi 114,7 pada Rabu (28/9).

Pada Rabu (28/9), Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa inflasi masih tinggi dan tidak bergerak dengan kecepatan yang cukup untuk kembali ke target 2%, maka The Fed tampaknya akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) pada November 2022 dan 50 bps pada Desember 2022.

Sehingga, pada akhir tahun ini, tingkat suku bunga Fed diprediksi akan berkisar 4,25%-4,5%.

Bostic juga memprediksikan bahwa inflasi akan melandai karena permintaan telah menurun yang menandakan bahwa konsumen telah mengencangkan ikat pinggang mereka.

Di Atlanta, terjadi penurunan tajam pada permintaan pada produk, serta perusahaan kini merasa semakin mudah untuk memperkerjakan karyawan. Tren tersebut menunjukkan bahwa inflasi akan mulai turun dan memberikan alasan kepada Fed untuk menghentikan kenaikan suku bung

"Saya memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di bawah tren, kami akan mulai melihat permintaan untuk berbagai produk yang lebih luas mulai melemah, dan kami akan mulai melihat pasar tenaga kerja lebih rasional dengan sedikit lowongan kerja yang lebih lambat, demikian juga dengan pertumbuhan upah. Jika itu mulai terjadi, itu akan menjadi tanda bahwa ... kita harus merenungkan berhenti dan bertahan pada tingkat itu," kata Bostic dikutip Reuters.

Sementara dari dalam negeri, perekonomian Indonesia diprediksikan masih akan tumbuh. Pada Selasa (27/8), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 diperkirakan akan berada di 5,6%-6%, lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Pendorong ekonomi Indonesia mampu melesat salah satunya adalah ekspor. Nilai ekspor Indonesia pada periode itu berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar. Neraca perdagangan pada Agustus surplus US$ 5,76 miliar.

Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga masih tumbuh. Seperti diketahui, konsumsi masyarakat berkontribusi sebanyak 52%-56% bagi PDB Indonesia.

"Jadi kalau kita lihat source of growth, sumber pertumbuhan ekonomi dari ekspor, dari konsumsi dan dari investasi kita masih melihat adanya momentum q3 itu masih cukup kuat, apalagi tahun lalu basisnya rendah, karena kena delta varian dan kita turun," terangnya.

Di Asia, hanya dua mata uang yang berhasil menguat terhadap si greenback. Mata Uang Tanah Air berhasil menjadi mata uang terbaik di Asia karena menguat 0,16% terhadap dolar AS, kemudian disusul oleh yuan China yang terapresiasi 0,12% di hadapan dolar AS.

Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia terkoreksi, di mana baht Thailand menjadi mata uang berkinerja terburuk, melemah 1,06% terhadap dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular