
Harga Minyak Melambung 4% Lebih, Apa Kabar Harga BBM?

Jakarta, CNBC Indonesia - Persediaan bahan bakar minyak Amerika Serikat menunjukkan penarikan lebih besar dan rebound permintaan konsumen. Hal ini mendorong harga minyak mentah dunia menguat hingga 4% lebih. Kenaikan atau pun penurunan harga minyak mentah, jika terjadi dengan sangat tajam bisa mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya non-subsidi.
Pada Rabu (29/9/2022) harga minyak Brent ditutup melonjak 3,54% dibanding posisi sebelumnya menjadi US$89,32 per barel. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate melambung 4,65% ke uS$82,15 per barel.
Harga minyak telah turun lebih dari 22% selama kuartal ketiga dan mungkin sudah mencapai titik terendah. Rebound saat ini karena permintaan China menunjukkan tanda-tanda bangkit dan penjualan cadangan strategis AS mendekati waktu penutupan.
"Saya pikir kita berada di posisi terbawah, tetapi akan terus sangat fluktuatif, dan terus menjauhkan uang spekulatif yang mudah dari pasar ini," kata Rebecca Babin, pedagang energi senior di CIBC Private Wealth US.
Persediaan minyak AS pun menunjukkan ada kenaikan permintaan, meskipun produk penyulingan yang dipasok tetap 3% lebih rendah selama empat minggu terakhir dibandingkan periode tahun lalu.
Persediaan minyak mentah AS turun 215.000 barel dalam minggu terakhir, sementara persediaan bensin turun 2,4 juta barel dan persediaan sulingan sebesar 2,9 juta barel. Aktivitas penyulingan turun karena ada beberapa pemadaman.
Aktivitas penyulingan menurun, tetapi penyulingan masih berjalan pada 90,6% dari keseluruhan kapasitas di Amerika Serikat, tertinggi untuk sepanjang tahun ini sejak 2014, baik untuk permintaan domestik maupun ekspor.
Selain itu, harga minyak juga didukung oleh indeks dolar Amerika Serikat yang turun 1,32% dari puncak tertinggi dalam dua dekade. Hal ini membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Goldman Sachs memangkas perkiraan harga pada 2023, karena ekspektasi permintaan yang lebih lemah dan dolar AS yang lebih kuat tetapi mengatakan kekecewaan pasokan global hanya memperkuat prospek bullish jangka panjangnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras) Next Article Minyak Mentah! Bikin Beberapa Negara Kaya, Banyak Yang Merana
