Gegara China & Eropa, Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melandai setelah sejak awal pekan. Pada perdagangan Rabu (28/9/2022), harga batu kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 419,75 per ton. Harganya melemah tipis 0,77% dibandingkan hari sebelumnya.
Melemahnya harga batu bara pada perdagangan kemarin memutus tren positif yang berlangsung pada Senin Selasa pekan ini. Tetapi dalam sepekan, harga batu bara masih menyusut 6,3% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara menguat tipis 1% sementara dalam setahun melesat 103,5%.
Melandainya harga batu bara disebabkan oleh kemungkinan diterapkannya batasan harga gas di Eropa serta lesunya perekonomian China menjelang Golden Week.
Dilansir dari Reuters, 27 negara Uni Eropa masih terbelah mengenai proposal pembatasan harga gas pada pertemuan kemarin, Rabu (28/9/2022). Sebanyak 15 negara termasuk Prancis, Spanyol, Italia, dan Belgia merupakan negara yang menginginkan pembatasan harga gas untuk menekan gejolak harga.
Sementara itu, Jerman, Denmark, Belanda dan beberapa negara lain mengatakan pembatasan harga gas justru akan menyulitkan Uni Eropa dalam mengamankan pasokan energi di tengah ketatnya persaingan di pasar global untuk mendapatkan pasokan.
Uni Eropa akan kembali mendiskusikan proposal pembatasan harga gas dan proposal lain terkait upaya untuk menekan harga gas pada Jumat pekan ini.
"Sangat perlu diperhatikan apakah pembatasan harga gas adalah langkah tepat. Menyelamatkan pasokan energi seharusnya menjadi prioritas," tutur salah satu pejabat Uni Eropa, seperti dikutip dari Reuters.
Harga gas melambung sejak Rusia menegaskan jika mereka akan memangkas pasokan gas ke Eropa selama sanksi kepada Rusia masih diberlakukan.
Kenaikan harga gas membuat harga batu bara melambung karena batu bara adalah sumber energi alternatif.
Melandainya harga batu bara juga disebabkan lesunya perekonomian China menjelang liburan liburan Golden Week. Liburan yang berlangsung pada 1-7 Oktober biasanya menjadi periode di mana ekonomi akan melesat karena permintaan naik.
Namun, data lalu lintas kargo menuju dan dari China justru anjlok menjelang Golden Week. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, sepekan menjelang Golden Week adalah masa-masa sibuk lalu lintas kargo demi mengejar permintaan serta mengejar sebelum penutupan pabrik pada masa liburan.
Dilansir dari Heellenic Shipping News.com, rata-rata pengiriman ke pesisir Pasifik turun 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sementara ke Pesisir Atlantis turun hingga 14%.
Lesunya permintaan dari dan menuju China disebabkan oleh melemahnya ekonomi Negara Tirai Bambu akibat pembatasan mobilitas untuk menekan penyebaran Covid-19.
Melemahnya harga batu bara juga disebabkan kebijakan baru pemerintah Queensland. Wilayah utama penghasil batu bara di Australia tersebut berkomitmen untuk mengakhiri ketergantungan batu bara pada 2035.
Mereka akan beralih ke energi terbarukan seperti energi listrik dan matahari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Sabotase Gas Mengancam Eropa, Harga Batu Bara Ikut Membara
(mae/mae)