
Kisah Emas: Dari Jaya-jayanya Kini Hancur Lebur Tak Berdaya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas semakin hancur lebur. Pada perdagangan Rabu (28/9/2022) pukul 15: 40 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.619,30 per troy ons. Harga emas melandai 0,58%.
Pelemahan emas pada sore hari ini semakin memperpanjang derita sang logam mulia. Harga emas saat ini adalah yang terendah sejak 8 April 2020 atau 29 bulan lebih.
Dalam sepekan, harga emas sudah melemah 0,58% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas menyusut 3,3% sementara dalam setahun anjlok 6,8%.
Hancur leburnya harga emas sekarang ini bertolak belakang dibandingkan kisah emas sejak awal tahun hingga Februari 2022 saat perang Rusia-Ukraina meletus dan belum ada kebijakan hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Emas mengawali perjalanan tahun ini di posisi US$ 1.800, 4 per troy ons. Sempat terjerembab ke bawah US$ 1.700 p-er troy ons, harga emas melonjak saat ketegangan Rusia-Ukraina meningkat.
Perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari 2022 dan harga emas mengangkasa dari US$ 1.907,55 pada 23 Februari menjadi US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Agustus 2020.
Emas kemudian melandai hingga ke level US$ 1.920 pada awal April sebelum melonjak kpada pertengahan April dan menyentuh US$ 1.78,5 per troy ons pada 18 April. Lonjakan harga emas disebabkan buntunya perundingan Rusia dan Ukraina.
Sang logam mulia melemah setelah itu dan menyentuh US$ 1.811 per troy ons pada 13 Mei karena ada kenaikan suku bunga The Fed sebelum melambung kembali pada awal Juni karena kembali meningkatnya ketegangan perang Rusia-Ukraina.
Emas langsung layu begitu The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada pertengahan. Emas jatuh ke posisi US$ 1.806 per troy sons pada 30 Juni.
Kilau emas semakin luntur dan turun ke kisaran US$ 1.700 pada 5 Juli 2022 karena tingginya ekspektasi pasar mengenai kebijakan hawkish The Fed.
Nasib emas mulai membaik pada awal Agustus bahkan kembali ke kisaran US$ 1.801 pada 12 Agustus setelah AS dan China bersitegang karena kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan.Kebijakan hawkish The Fed pada pertengahan Agustus membuat emas terkapar.
Emas memang sempat menguat pada akhir Agustus karena isu resesi tetapi setelah itu layu lagi karena The Fed menegaskan kebijakan hawkishnya. The Fed juga kembali membuat emas terkapar pada September hingga emas kini terancam masuk ke level US$ 1.500 per troy ons.
Kenaikan suku bunga The Fed selalu membuat emas terkapar karena keputusan tersebut akan melambungkan dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS.
Kondisi tersebut akan membuat emas kurang menarik karena semakin mahal. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan yield membuat emas semakin ditinggalkan investor.
"Saat ini suku bunga naik, kebijakan The Fed menjadi hawkish, dolar AS menguat dan yield meningkat. Tidak ada satupun dari faktor-faktor ini yang memberi dampak positif ke emas," tutur analis DailyFX Ilya Spivak, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Rekor Tertinggi Setahun, Yuk Pesta Pora Lagi!