
Harga Emas Sempat di Level Terendah, Ternyata Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terus melandai sejalan dengan merosotnya harga emas di pasar spot internasional. Pemegang emas Antam pun mesti berpikir dua kali jika ingin menjual logam mulia tersebut kalau tidak ingin rugi besar.
Kemarin, Senin (26/9/2022), harga emas Antam dijual Rp 932.000 per gram. Sementara, harga buyback (harga yang digunakan ketika menjual emas kembali) stagnan di Rp 796.000/gram.
Merujuk data Logammulia.com, harga emas pada setahun lalu atau 26 September 2021 tercatat Rp 918.000 per gram. Artinya, jika membeli emas setahun lalu dan menjualnya kembali ke PT Antam pada hari ini maka kita bukannya untung malah merugi sebesar Rp 122.000.
Harga buyback emas Antam terus menurun sejak Juni 2022 atau sejak bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memberlakukan kebijakan agresif. Pada 15 Juni 2022, harga buyback emas Antam terjun ke Rp 858. 0000 per gram dari Rp 860.000 per gram pada hari sebelumnya.
Padahal, harga buyback emas pada pada April 2022 masih di posisi Rp 915.000 per gram. Sebagai catatan, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada Juni 2022. Sejak Juni hingga September 2022, The Fed sudah mengerek suku bunga sebesar 225 bps.
Harga emas di pasar spot juga jatuh sejak Juni dari US$ 1.833,39 per troy ons pada 15 Juni 2022 menjadi US$ 1.644,77 per troy ons pada hari ini, Senin (26/9/2022).
Harga emas di pasar global sebenarnya sudah mulai bangkit dengan menguat 0,10% pada hari ini. Namun, dalam sepekan harga emas masih anjlok 1,9% dalam sepekan, anjlok 5,3% sebulan dan ambles 6% setahun.
Riset komoditas dari Geojit Financial Services Hareesh V mengatakan harga emas sedikit menguat hari ini karena meningkatnya permintaan dari India menjelang perayaan Dilwali.
Namun, di luar faktor positif dari India, Hareesh melihat tidak ada daya ungkit lain untuk mendorong emas.
"Harga emas kemungkinan masih akan melemah secara moderat karena ada kenaikan suku bunga acuan di AS. Investor kini memilih berinvestasi di dolar AS dibandingkan emas," tuturnya, seperti dikutip dari Reuters.
Kilau emas dunia sudah meredup saat ini. Padahal di awal tahun emas dunia menjadi aset yang paling dicari karena harganya yang melambung. Apa yang terjadi?
Emas mengawali 2022 dengan fantastis, harganya melambung 14% hanya dalam waktu tiga bulan dan mencapai puncaknya di US$ 2.052,41 per troy ons pada 8 Maret 2022.
Namun, setelah mencapai puncak tertinggi itu harga emas terus turun tanpa mampu menyentuh puncak tersebut lagi.
Saat mencapai harga tertingginya, emas didukung oleh eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang membuat kekhawatiran investor akan ketidakstabilan ekonomi dunia.
Akibat serangan bersenjata ke Ukraina, Rusia 'ditendang' dari sistem keuangan dunia. Hal ini membuat perdagangan komoditas sebagai andalan Rusia terhambat. Termasuk minyak mentah, gas, dan batu bara yang merupakan sumber energi. Begitu pun pangan seperti gandum.
Hasilnya inflasi negara-negara di dunia mulai merangkak naik akibat hilangnya pasokan energi Rusia. Pasalnya Rusia adalah pemasok utama komoditas energi dunia dan pangan.
Ketika inflasi mulai meningkat, emas dilirik investor sebagai lindung nilai (safe haven). Sehingga permintaan emas dunia pun meningkat, harganya pun mengikuti.
Melihat inflasi dunia yang terus merangkak naik bank sentral di berbagai dunia pun tidak tinggal diam. Untuk melawan inflasi, bank sentral mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunganya dengan agresif.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tren Pergerakan IHSG Satu Pekan Terakhir