Ini Dia Pemilik Instagram Hingga TikTok, Medsos Kesayangan RI

Feri Sandria, CNBC Indonesia
26 September 2022 13:40
Induk Usaha TikTok, Bytedance
Foto: REUTERS/Stringer

ByteDance jadi penantang baru

Meski sempat memperoleh stigma negatif pada awal mula masuk ke Indonesia, perlahan TikTok menjadi salah satu media sosial yang paling membuat candu netizen Indonesia. Aplikasi ini juga banyak digunakan oleh demografi yang lebih muda.

TikTok dimiliki oleh perusahaan startup paling berharga di dunia saat ini asal China, ByteDance. Meski dapat menjadi 'jagal' bagi sosial media milik Meta, seperti Instagram dan Facebook, penggunaan TikTok mendapat banyak tantangan, termasuk di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh ancaman keamanan data yang oleh pengambil kebijakan AS ditakutkan akan disalahgunakan demi kepentingan partai penguasa di China.

Perusahaan tahun lalu sempat berencana akan melakukan penawaran publik perdana, namun urung dilaksanakan karena kondisi pasar modal yang kurang optimal tahun ini. Baru-baru ini perusahaan dilaporkan Reuters akan menghabiskan hingga US$ 3 miliar untuk membeli kembali (buyback) saham dari pemegang saham yang ada dengan kisaran harga hingga US$ 176,94 per saham.

Kesepakatan itu akan memberi valuasi perusahaan sekitar US$ 300 miliar, yang lebih tinggi dari sebagian besar penawaran di pasar sekunder ekuitas swasta, menurut keterangan orang yang mengetahui masalah tersebut. Valuasi tersebut menjadikan ByteDance sebagai perusahaan startup paling bernilai di dunia, mengungguli SpaceX milik Elon Musk.

Twitter tempat netizen ribut

Meski penggunanya tidak sebanyak media sosial yang disebutkan sebelumnya, Twitter tetap menjadi salah satu media sosial paling berpengaruh di Indonesia.

Sebagian besar keributan dunia maya dimulai atau berlangsung dari aplikasi dengan logo burung biru tersebut. Pembicaraan yang terjadi ikut menjadi trending topic dan kemudian didiskusikan luas oleh masyarakat.

Jakarta sendiri pernah didaulat menjadi kota dengan pengguna Twitter paling aktif di dunia tahun 2012 silam, berdasarkan laporan "Geolocation Analysis of Twitter Accounts and Tweets," yang dilakukan oleh firma riset yang berbasis di Paris, Semiocast.

Kini keributan tidak hanya terjadi dalam aplikasi saja, para petinggi dan pemegang saham perusahaan juga sedang dalam mode perang di tengah polemik panjang proses akuisisi perusahaan.

Elon Musk yang semula berencana mengakuisisi Twitter senilai US$ 44 miliar atau US$ 54,2 per saham, kini telah membatalkan rencana tersebut. Elon menyebut bahwa Twitter tidak jujur dalam menyebutkan jumlah bot dan jumlah pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi. Twitter membantah hal tersebut, dan menuding balik pihak Elon yang tidak melakukan due diligence, meski telah diberikan waktu.

Saat ini proses hukum terkait akuisisi Twitter masih berlangsung di pengadilan AS. Sidang tersebut akan dilanjutkan pada tanggal 17 Oktober mendatang, lebih awal dari pertengahan November yang diminta tim Elon Musk.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(fsd/vap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular