Resesi Bikin Harga Minyak Dunia 'Mendingin', RI Untung?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 26/09/2022 12:15 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia tidak sepanas awal tahun saat harganya melambung ke atas US$120 per barel. Saat ini 'emas hitam' terpuruk di bawah level US$80 per barel. Lantas apkah Indonesia mendapat keuntungan atau malah buntung?

Pekan lalu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) jeblok hingga 7,5% ke US$ 78,74/barel dan berada di level terendah sejak Januari lalu. Sementara itu minyak mentah Brent merosot 5,7% ke US$ 86,15/barel juga berada di level terendah dalam 8 bulan terakhir.

Hal ini akan mempengaruhi harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) yang kemungkinan akan kembali turun pada September 2022.


Pada Agustus, ICP tercatat US$94,17 per barel, turun 11,77% dari posisi bulan sebelumnya yakni US$106,73 per barel. Ini jadi bulan kedua beruntun harga minyak mentah Indonesia turun. Sebelumnya pada Juli, ICP turun 9,26% dari posisi Juni di US$117,6 per barel yang sekaligus menjadi puncak tertinggi.

Jika kemudian ICP pada September turun, ini akan jadi kali ketiga secara beruntun dan makin menguntungkan posisi Indonesia sebagai importir bersih minyak mentah dan produk minyak mentah. Apalagi perannya mencapai 15,06% dari total impor Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor minyak mentah Indonesia sebesar US$1,08 miliar, turun 35,74% dari bulan sebelumnya senilai US41,69 miliar. Pun dengan hasil minyak Indonesia yang nilai impornya turun 8,7% menjadi US$2,16 miliar.

Penurunan harga minyak mentah bisa meredakan tekanan ke APBN. Apalagi jika terus mengalami penurunan, maka harga BBM non-subsidi tentunya bisa ikut turun, dan tidak menutup kemungkinan harga BBM subsidi juga.

Foto: CEIC
Impor Minyak

Namun di sisi lain, isu resesi yang membuat harga minyak mentah jeblok juga berdampak buruk bagi Indonesia. Ketika resesi terjadi, maka permintaan minyak mentah akan turun, harganya pun menyusul. Tetapi, permintaan produk dari Indonesia juga berisiko menurun, yang bisa berdampak ke perekonomian.

Bank Dunia sudah menyatakan jika perekonomian global akan mengalami resesi di tahun depan, akibat suku bunga tinggi.

"Tiga ekonomi terbesar dunia-Amerika Serikat, China, dan kawasan Eropa- telah melambat tajam," tulisnya dalam sebuah studi baru, dikutip Jumat (16/9/2022).

Bank Dunia yakin pukulan moderat sekalipun akan memicu resesi global. Bank Dunia pun memperkirakan kenaikan suku bunga akan terus dilakukan hingga tahun depan.

Bank Dunia mengingatkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi ini dapat memperlambat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global. Pada 2023, PDB dunia diperkirakan bisa susut menjadi 0,5% setelah terkontraksi 0,4%. Menurut Bank Dunia, ini akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?