Harga Minyak Jeblok 7%, RI Untung Atau Malah Apes?

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 September 2022 14:00
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah jeblok di pekan ini, penyebabnya yakni isu resesi. Jebloknya harga minyak mentah bisa menjadi kabar bagus bagi Indonesia, tetapi isu resesi justru menjadi kabar buruk.

Melansir data Refinitiv, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) jeblok hingga 7,5% ke US$ 78,74/barel dan berada di level terendah sejak Januari lalu. Sementara itu minyak mentah Brent merosot 5,7% ke US$ 86,15/barel juga berada di level terendah dalam 8 bulan terakhir.

Tingginya harga minyak mentah membuat beban impor Indonesia menjadi membengkak, APBN pun jebol. Sehingga penurunan harga minyak mentah bisa meredakan tekanan ke APBN. Apalagi jika terus mengalami penurunan, maka harga BBM non-subsidi tentunya bisa ikut turun, dan tidak menutup kemungkinan harga BBM subsidi juga.

Namun di sisi lain, isu resesi yang membuat harga minyak mentah jeblok juga berdampak buruk bagi Indonesia. Ketika resesi terjadi, maka permintaan minyak mentah akan turun, harganya pun menyusul. Tetapi, permintaan produk dari Indonesia juga berisiko menurun, yang bisa berdampak ke perekonomian.

Bank Dunia sudah menyatakan jika perekonomian global akan mengalami resesi di tahun depan, akibat suku bunga tinggi.

"Tiga ekonomi terbesar dunia-Amerika Serikat, China, dan kawasan Eropa- telah melambat tajam," tulisnya dalam sebuah studi baru, dikutip Jumat (16/9/2022).

Bank Dunia yakin pukulan moderat sekalipun akan memicu resesi global. Bank Dunia pun memperkirakan kenaikan suku bunga akan terus dilakukan hingga tahun depan.

Bank Dunia mengingatkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi ini dapat memperlambat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global. Pada 2023, PDB dunia diperkirakan bisa susut menjadi 0,5% setelah terkontraksi 0,4%.

Menurut Bank Dunia, ini akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Resesi Bakal Panjang, Harga Minyak Mentah 3 Hari Terbenam!


(pap/pap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading