Akhir Pekan Gak Happy, Bursa Asia Ditutup Ambles Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
23 September 2022 17:33
A man is seen against an electronic board showing stock information at a brokerage house in Fuyang, Anhui province, China March 16, 2018. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup berjatuhan pada perdagangan Jumat (23/9/2022) akhir pekan ini, karena investor masih khawatir dampak terhadap ekonomi global setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan kembali suku bunga acuannya.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambles 1,18% ke posisi 17.933,27, Shanghai Composite China melemah 0,66% ke 3.088,37, Straits Times Singapura merosot 1,1% ke 3.227,1, ASX 200 Australia ambrol 1,87% ke 6.574,7, KOSPI Korea Selatan ambruk 1,81% ke 2.290, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,56% menjadi 7.178,58.

Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pada hari ini tidak dibuka karena adanya libur nasional memperingati Hari Ekuinoks Musim Gugur.

Dari Singapura, inflasi inti Singapura berada di level 5,1% (year-on-year/yoy) pada Agustus 2022, sedikit di atas ekspektasi sebesar 5%.

Mengutip Channel News Asia, angka ini lebih tinggi dibandingkan Juli lalu sebesar 4,8% yoy. Hal ini diakibatkan oleh kenaikan harga pangan dan juga jasa.

Catatan ini mendekati level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Rekor tertinggi sendiri tercatat pada November 2008, ketika inflasi mencapai 5,5%.

Untuk inflasi keseluruhan, naik menjadi 7,5% (yoy) di bulan yang sama. Ini melampaui angka 7% yang dilaporkan pada Juli lalu.

Inflasi keseluruhan sendiri meningkat pada Agustus lalu terutama karena didorong oleh kenaikan biaya transportasi pribadi. Diketahui, biaya transportasi naik 24,1% yang diakibatkan dari melonjaknya harga kendaraan.

Sementara itu, secara rinci, inflasi makanan mencapai 6,4% pada Agustus. Inflasi akomodasi juga meningkat ke level 4,7%. Inflasi jasa naik menjadi 3,8%

"Kenaikan inflasi utama sebagian besar mencerminkan inflasi transportasi swasta yang lebih tinggi, di samping kenaikan inflasi inti," kata Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (Ministry of Trade and Industry/MTI) dalam rilis media bersama, Jumat (23/9/2022).

Sementara itu dari Australia, data awal dari aktivitas manufaktur periode September 2022 dilaporkan naik tipis.

Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi S&P Global periode bulan ini naik menjadi 53,9, dari sebelumnya pada Agustus lalu di angka 53,8.

"Data survei terbaru menunjukkan bahwa sektor manufaktur adalah pendorong utama pertumbuhan sektor swasta Australia selama September," tulis S&P Global dalam rilisnya.

Investor di global, termasuk di Asia-Pasifik semakin khawatir bahwa kebijakan The Fed untuk mengekang inflasi yang masih liar akan mendorong ekonomi ke jurang resesi.

Dini hari kemarin waktu Indonesia, The Fed resmi menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 basis poin (bp) dalam kali ketiga beruntun.

Keputusan yang diperoleh dengan suara bulat 12 anggota komite tersebut akan menaikkan suku bunga acuan AS atau Federal Funds Rate (FFR) ke kisaran antara 3% dan 3,25%, level yang terakhir terlihat pada awal 2008.

Kenaikan siklus kali ini sejatinya sesuai dengan ekspektasi pasar, akan tetapi komentar The Fed yang mengindikasikan The Fed tetap hawkish membuat investor makin waswas.

Tingkat suku bunga terminal atau posisi FFR, di mana bank sentral akan mengakhiri rezim pengetatannya diproyeksikan akan mencapai 4,6%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular