Stok Terus Numpuk Karena Efek The Fed, Harga Timah Ambles...

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Jumat, 23/09/2022 14:50 WIB
Foto: Dok.PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau melemah pada sesi perdagangan hari ini. Pelemahan ini terjadi di tengah respon pasar terkait kebijakan moneter terbaru terkait suku bunga dan implikasinya ke ekonomi yang lebih luas termasuk harga komoditas timah.

Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Jumat (23/9/2022), pukul 14:15 WIB tercatat US$ 21.520 per ton, melemah 1,85% dibandingkan harga penutupan kemarin yakni US$ 21.650 per ton.


Harga timah saat ini kembali mulai menanjak dan diperdagangkan di level US$ 21.000. Namun pergerakan harga ini sepertinya belum mampu mencapai level US$ 49.000 seperti pada awal Maret akibat tak seimbangnya permintaan dan penawaran pasca perang Rusia-Ukraina meletus.

Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus naik. Berdasarkan pantauan Tim Riset CNBC Indonesia pada 22 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 4.965 ton, naik 69,17%point-to-point(ptp) sejak awal bulan Juni lalu yakni sebesar 2.935 ton.

Permintaan yang tertekan memicu stock yang kian menumpuk dam membuat harga timah akan terus bergeraksideways. Apalagi, sentimen dari The Fed sukses membuat harga timah tertekan bahkan mengalahkan sentimen stimulus dari China.

The Fed memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke target 3-3,25% pada pertemuan yang berakhir dini hari tadi waktu Indonesia. Kenaikan sebesar 75 basis poin jadi yang ketiga kali secara beruntun.

Kenaikan suku bunga dilakukan untuk menekan inflasi yang masih tinggi hingga saat ini. Target inflasi The Fed adalah 2% dan komitmen sudah ditetapkan untuk membawa inflasi ke kisaran target.

"Kita harus mendapatkan inflasi di belakang kita. Saya berharap ada cara tanpa rasa sakit untuk melakukan itu. Tidak ada," kata Powell dalam konferensi pers di Washington pada hari Rabu.

"Suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah, semuanya menyakitkan bagi publik yang kami layani. Tapi mereka tidak separah gagal mengembalikan stabilitas harga dan harus kembali dan melakukannya lagi," sambung Powell.

Inflasi yang melonjak dan suku bunga yang kian meninggi dikhawatirkan memicu resesi global membuat harga timah tak mampu menanjak. Saat resesi terjadi, ekonomi akan mandek. Begitu juga dengan aktivitas industri yang jadi konsumen timah. Akibatnya permintaan timah diramal masih akan lesu.

Kenaikan suku bunga juga membawa dolar Amerika Serikat menguat ke rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Dolar yang menguat menjadi sentimen negatif bagi timah yang dibanderol dengan greenback sebab menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Permintaan turun, maka harga mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum)