
'Kontaminasi' Dolar AS Biang Keladi Harga Tembaga Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat yang menguat menekan harga logam industri, terutama tembaga setelah bank sentral Amerika Serikat The Fed menaikkan suku bunganya.
Pada Jumat (23/9/2022) pukul 13.45 WIB harga tembaga dunia tercatat US$7.613,5 per ton, turun 0,87% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Kenaikan suku bunga The Fed dua hari lalu masih menyisakan dampak bagi harga tembaga. Penyebabnya adalah kekhawatiran pelemahan permintaan tembaga meningkat seiring dengan kenaikan risiko resesi global.
The Fed, menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke target 3,00% - 3,25% pada pertemuan yang berakhir dini hari tadi waktu Indonesia. Kenaikan sebesar 75 basis poin jadi yang ketiga kali secara beruntun.
Kenaikan suku bunga dilakukan untuk menekan inflasi yang masih tinggi hingga saat ini. Target inflasi Th Fed adalah 2% dan komitmen sudah ditetapkan untuk membawa inflasi ke kisaran target.
"Kita harus mendapatkan inflasi di belakang kita. Saya berharap ada cara tanpa rasa sakit untuk melakukan itu. Tidak ada," kata Powell dalam konferensi pers di Washington pada hari Rabu.
"Suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah, semuanya menyakitkan bagi publik yang kami layani. Tapi mereka tidak separah gagal mengembalikan stabilitas harga dan harus kembali dan melakukannya lagi," sambung Powell.
Kenaikan suku bunga membawa dolar Amerika Serikat menguat ke rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Indeks dolar (yang mengukur Greenback dengan enam mata uang lain) tercatat 111,73.
Dolar yang menguat menjadi sentimen negatif bagi tembaga yang dibanderol dengan Greenback sebab menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Permintaan turun, maka harga mengikuti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras) Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%