Tenang! BI Naikkan Suku Bunga, Saham Ini Masih Bisa Dilirik

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Jumat, 23/09/2022 07:55 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kemarin memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%, dengan suku bunga deposit facility naik menjadi 3,5% dan suku bunga lending facility menjadi 5%.

Keputusan ini ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur BI Edisi Bulan September 2022, Kamis (22/9/2022). RDG digelar dalam dua hari untuk menentukan arah suku bunga dan kebijakan moneter bank sentral.


Direktur Riset & Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan hal ini menjadi langkah BI setelah memperhatikan kesalahan dari The Fed.

"Kita perhatikan kenaikan ini salah satu kejutan BI yang belajar dari kesalahan The Fed," ungkap Nico kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/9/2022).

Pasalnya menurut Nico, The Fed seperti mengejar kereta. Sementara BI terlihat memperhitungkan ekspektasi inflasi dan itu poin penting apalagi dengan kenaikan BBM baru-baru ini. Sehingga menurutnya, BI terlihat lebih maju demi menjaga inflasi.

"BI harus menjaga jarak suku bunga dan inflasi agar tidak kebablasan," jelas Nico.

Ke depan, pasar akan merespons setidaknya dengan tiga hal, yakni dengan menurunkan daya beli, menurunkan konsumsi, dan juga menurunkan investasi. Di sisi lain, Indonesia menurut Nico masih diuntungkan dengan fundamental ekonomi yang cukup baik dengan komoditas yang masih baik untuk melewati tekanan dari luar.

"Pasar akan merespons negatif kalau saja BI tidak menaikkan bunga langsung tinggi, tapi kan ini BI menaikkan suku bunga secara bertahap karena menjadi hal yang tidak terhindarkan," ujarnya. 

Sektor yang Masih Bisa Dilirik

Era bunga rendah yang berlalu dan inflasi yang diprediksi akan meninggi bukan berarti membuat orang tidak berinvestasi. Namun Nico mengingatkan agar investor mempersiapkan persepsi.

"Tanyakan ke diri apa tujuan investasi dan yakin dengan fundamental serta emiten yang jika terkoreksi pun masih merupakan kesempatan," rinci Nico.

Selain itu, pastikan dengan tingkat risiko seperti apa yang mampu ditangani sambil terus memperhatikan pasar dengan kenaikan bunga dan volatilitas baik secara jangka pendek maupun panjang.

Secara sektoral menurut Nico saham-saham bank buku IV masih layak dikoleksi. Selain itu, energi dan pertambangan, infrastruktur, konsumer dan siklikal juga masih prospektif.

"(Rekomendasi saham) BBRI, BBCA, JSMR, TLKM, INDF, dan UNVR," rinci Nico. 


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Syarat" Suku Bunga BI Bisa Turun Lebih Cepat Dari The Fed