Mayday! Mayday! Harga Batu Bara Anjlok 6% Lebih
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara anjlok. Pada perdagangan Kamis (22//9/2022), harga batu bara kontrak Oktober di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 420,65 per ton. Harganya jatuh 6,1% dibandingkan dengan hari sebelumnya.
Harga tersebut adalah yang terendah sepanjang bulan ini. Pelemahan kemarin juga memutus tren positif harga batu bara yang menguat pada Senin hingga Rabu pekan ini.
Dalam sepekan, harga batu bara sudah melandai 3,9% secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga anjlok 5,6%, sementara dalam setahun masih melesat 130,2%.
Melemahnya harga batu bara disebabkan penurunan harga gas serta kesimpangsiuran kebijakan embargo batu bara Rusia.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) kemarin melandai 1,22% ke 187,47 euro per megawatt-jam (MWh). Harga gas melandai setelah kekhawatiran pasokan mulai mengendur. Data Gas Infrastructure Europe menunjukkan penyimpanan gas di Uni Eropa mencapai 85% atau mendekati target maksimal mereka di level 90%.
Melandainya harga batu bara juga disebabkan ketidakpastian embargo batu bara Rusia. Negara-negara Uni Eropa belum sepakat mengenai kelanjutan sanksi larangan impor batu bara Rusia.
Seperti diketahui, anggota Uni Eropa tengah mengusulkan sejumlah proposal untuk menurunkan harga gas. Salah satunya adalah dengan mengenakan pajak kepada produsen listrik yang ongkos produksinya rendah.
Batu bara awalnya dikecualikan. Uni Eropa bahkan berencana mengizinkan impor batu bara di luar kawasan. Namun, laporan terbaru mengatakan jika Uni Eropa tetap melarang impor batu bara Rusia.
Mike Salthouse, Direktur The North of England P&I Association Ltd, mengatakan kesimpangsiuran informasi membuat trader kebingungan, apakah mereka akan mengimpor dalam jumlah besar dari negara lain atau menunggu sanksi dicabut.
Kesimpangsiuran kebijakan juga membuat pemilik kapal hingga pelaku bisnis yang terkait ekspor batu bara kebingungan.
"Sanksi akan efektif jika konsisten dan jelas sehingga semua orang memahami dan patuh. Namun, sanksi terhadap batu bara jauh dari kejelasan itu," tutur Salthouse, seperti dikutip dari Bloomberg.
Kejelasan sanksi ini justru terjadi di tengah upaya Eropa mengamankan pasokan batu bara menjelang musim dingin.
Dilansir dari Montel News, lembaga konsultan Wood Mackenzie memperkirakan impor batu bara Eropa akan menembus 98 juta ton pada tahun ini. Jumlah tersebut naik 12 juta ton dibandingkan tahun lalu.
"Harga batu bara memang meroket tetapi masih terjangkau dibandingkan dengan harga gas yang terus melonjak," tutur analis Adam Woods, analis dari Mackenzie.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/luc)