Terpantau, Rupiah Bisa Tembus Rp 15.100/US$!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 September 2022 06:50
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.995/US$ Rabu kemarin, setelah sebelumnya menembus ke atas Rp 15.000/US$.

Tekanan bagi rupiah akan semakin besar pada perdagangan Kamis (22/9/2022), sebab bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 3% - 3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya. Indeks dolar AS pun kembali melesat dan sempat menyentuh kisaran 111,59, tertinggi sejak 6 Juni 2002.

The Fed kini melihat suku bunga akan mencapai 4,6% (kisaran 4,5% - 4,75%) di tahun depan. Artinya, masih akan ada kenaikan 150 basis poin dari level saat ini.
Bahkan, beberapa pejabat The Fed melihat suku bunga berada di kisaran 4,75 - 5% di 2023, sebelum mulai turun di 2024.

Bank sentral paling powerful di dunia ini masih menyisakan dua kali rapat kebijakan moneter di tahun ini, dan kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga 75 basis poin dan 50 basis poin. Sebab di akhir tahun ini, mayoritas anggota The Fed melihat suku bunga berada di kisaran 4,25% - 4,5%.

Dengan agresivitas tersebut, yang membuat yield obligasi AS (Treasury) menanjak, pelaku pasar kini menanti respon dari Bank Indonesia (BI).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini.Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan.

Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,00% sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25%.



Secara teknikal, meski sempat melewati level psikologis Rp 15.000/US$ rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di bawahnya.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR memang sedang tertekan setelah menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) kisaran Rp 14.890/US$ - Rp 14.900/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

MA 50 merupakan resisten kuat, sehingga tekanan pelemahan akan lebih besar ketika rupiah menembusnya.

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian bergerak dan sudah masuk wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Level psikologis Rp 15.000/US$ masih menjadi resisten yang akan menahan pelemahan rupiah. Tetapi jika ditembus lagi rupiah berisiko melemah ke Rp 15.030/US$ - Rp 15.050/US$.

Penembusan ke atas level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 15.090/US$ - Rp 15.100/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 50%.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Sementara melihat indikator stochastic pada grafik 1 jam, yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian, ada peluang rupiah bisa menguat.

Selama bertahan di bawah Rp 15.000/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.950/US$ - Rp 14.930/US$.

Jika level tersebut ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju ke Rp 14.900/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular