
Bursa Asia Berguguran, Alert Buat IHSG Besok Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (21/9/2022), di tengah kembali terkoreksinya bursa saham global akibat investor masih khawatir dengan keputusan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,36% ke posisi 27.313,13, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,79% ke 18.444,62, Shanghai Composite China turun 0,17% ke 3.117,18, Straits Times juga turun 0,16% ke 3.261,79, ASX 200 Australia tergelincir 1,56% ke 6.700,2, KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,87% ke 2.347,21, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terdepresiasi 0,12% menjadi 7.188,31.
Tak hanya di Asia-Pasifik saja, pelaku pasar di global masih khawatir dengan keputusan terbaru dari kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) sudah dimulai sejak Selasa waktu setempat atau dini hari tadi waktu Indonesia. Sedangkan untuk pengumuman rapat FOMC akan dilakukan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pelaku pasar memprediksi bahwa para pejabat The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya kali ini, ada yang memprediksi kenaikan sebesar 75 basis poin (bp), bahkan ada yang memprediksi kenaikan 100 bp.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat probabilitas sebesar 84%, The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp), dan probabilitas sebesar 16% untuk kenaikan 100 bp.
Pasar saham global, terutama di AS telah mengalami periode yang cukup suram dalam beberapa pekan terakhir karena komentar dari Ketua The Fed, Jerome Powell dan inflasi AS periode Agustus yang urung mendingin menyebabkan para trader dan investor bersiap untuk kenaikan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi sampai inflasi dapat dikendalikan.
"Suasana suram bertahan selama 24 jam terakhir, dengan ekuitas lebih rendah dan mata uang safe haven, termasuk dolar lebih kuat," kata Taylor Nugent, ekonom di National Australia Bank, dalam laporan riset hariannya, dikutip dari CNBC International.
Sementara itu di pasar obligasi pemerintah AS (US Treasury), imbal hasil (yield) terus melonjak ke level tertinggi baru multi-tahun.
Yield Treasury AS tenor 10 tahun naik menjadi 3,549% pada Selasa kemarin, tertinggi sejak April 2011. Sedangkan yield Treasury tenor 2 tahun, yang terkait erat dengan ekspektasi kebijakan moneter, terdorong ke 3,975%, tertinggi sejak Oktober 2007.
Investor dan trader mengawasi proyeksi The Fed yang keluar dari pertemuan dalam upaya untuk mengukur berapa besar kenaikan suku bunga serta serangkaian implikasi bagi perekonomian yang lebih luas.
Selain The Fed, bank sentral utama dunia lain yang ikut mengumumkan suku bunga acuannya yakni bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).
Di lain sisi, Bank Pembangunan Asia (The Asian Development Bank) kini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia sebesar 4,3% pada tahun 2022 dan 4,9% pada tahun 2023, menurut pembaruan terbaru dalam laporan risetnya.
Pemberi pinjaman yang berbasis di Manila, Filipina tersebut memangkas perkiraannya untuk ekonomi China menjadi 3,3% pada 2022, dari prediksi sebelumnya sebesar 4% yang direvisi pada Juli, menyeret turun prospek pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut yang lebih luas.
Sementara untuk Taiwan dan Korea Selatan, khususnya, kemungkinan akan mengalami penurunan permintaan ekspor.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
